MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
DENGAN “HIPEREMESIS GRAVIDARUM”
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Mual
dan muntah merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling
menyebabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan. Akan tetapi, dokter obstetridan
dokter umum menganggap mual dan muntah hanya semata-mata merupakan sebuah
gejala fisiologis, dan sebuah masalah yang sering kali membuat merasa tidak
berdaya utntuk membantu mengatasinya. Mual dan muntah sering kali diabaikan Karena
dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal di awal kehamilan tanpa mengakui dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita
dan keluarga mereka. ( Denise Tiran, 2008 )
Mual
dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan
muda dan dikemukakan oleh 50-70 % wanita hamil dalam 16 minggu pertama .kurang
lebih 65% wanita hamil trimester pertama mengalami mual-mual dan 44 % mengalami
muntah-muntah.
Bila
wanita hamil menuntahkan segala apa yang dmiakan dan diminum hingga berat
badannya sangatturun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang , dan timbul
asetonuri, keadaan ini disebut hyperemesis
gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit . Perbandingan insisden
hyperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan. Sindromini ditandai dengan adanya
muntah yang sering, penurunan berat badan, dehidrasi,asidossis karena kelaparan
, alkalosis yang disebabkan menurunnya asam Hcl lambung dan hypokalemia.
Dampak
yang ditimbulkan pada ibu yaitu
kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan
lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumoni aspirasi, robekan
mukosa pada hubungan gastroesofagiyang menyebabkan peredaran rupture esophagus,
kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau
tidak sesuai dengan kehamilan yang menyebabkan peredaran darah janin berkurang
(Setiawan , 2007).
Pada
janin/bayi ,jika hyperemesis ini terjadi hanya diawal kehamilan tidak berdampak
terlalu serius , tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderira hiperemesis
gravidarum maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, prematur hingga
menjadi abortus ( Wiknjosastro, 2005 )
B. TUJUAN
PENULISAN
1. Mengetahui
definisi hiperemesis gravidarum.
2. Mengetahui
etiologi hiperemesis gravidarum.
3. Mengetahui
tanda dan gejala hiperemesis gravidarum.
4. Mengetahui
patofisiologi hiperemesis gravidarum.
5. Mengetahui
penatalaksanaan hiperemesis gravidarum.
6. Mengetahui
pathway hiperemesis gravidarum.
7. Mengetahui
asuhan keperawatan hiperemesis gravidarum.
BAB
II
KONSEP
DASAR
A.
PENGERTIAN
Hyperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehati-hati karena kedaan umumnya menjadi buruk,karena
terjadib dehidrasi (Rustam Mochtar , 1998 )
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang menetap selama kehamilan yang mengganggu
asupan cairan dan nutrisi, awitan biasanya terjadi sebelum 20 minggu kehamilan,
cukup berat hingga mengakibatkan penuruna
berat badan , dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit ( Geri Morgan
dan Carole Hamilton , 2009 )
Hyperemesis gravidarum adalah mual yang biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih
10 minggu.(Sarwono Prawirohardjo, 2002 )
Jadi yang dimaksud Hiperemesis gravidarum
adalah mual muntah berlebihan sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan
muntah merupakan gangguan yang paling sering ditemui pada kehamilan trimester
1, kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80%
multigravida mengalami mual muntah, namun gejala ini terjadi lebih berat hanya
pada 1 diantara 1.000 kehamilan.
B. ETIOLOGI
Etiologi
hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengaruhi
oleh berbagai factor menurut Rustam Mochtar , 1998 ) berikut ini :
1. Faktor
adaptasi dan hormonal
Primagravida belum
mampu berdaptasi terhadap hormone estrogen dan Human Chorionik Gonadotropin (HCG)
,sedangkan pada kehamilan ganda atau mola hidatidosa , jumlah hormone yang
dikeluarkan terlaku tinggi.
2. Factor
psikologis
Wanita yang menolak
hamil,takut kehilangan pekerjaan ,keretakan hubungan dengan suami,takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu dsb dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengaanan menjadi hamil atau sebagai
pelarian karena kesukaran hidup dsb.
3. Factor
alergi
Terjadi invasi jaringan
vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu.
C.
TANDA DAN GEJALA
Berdasarkan
berat ringannya gejala, hyperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga tingkatan :
1. Tingkat
I
Muntah
terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, penurunan
nafsu makan, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi ibu
biasanya naik menjadi 100kali/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit
menurun, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkat
II
Ibu
tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh
terkadang naik, serta mata sedikit ikterik. Berat badan ibu turun, timbul
hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi, dan napas bau aseton.
3. Tingkat
III
Kesadaran
ibu menurun dari somnolen hingga koma, muntah berhenti, nadi cepat dan kecil,
suhu meningkat, serta tekanan darah semakin turun.
D.
PATOFISOLOGI
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar
estrogen yang meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi system pencernaan,
tetapi mual dan muntah yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, serta penurunan klorida urine yang
selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jantung
dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan
lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna, sehingga terjadi ketosis.
Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah
frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esophagus dan lambung dapat
robek (sindrom Mallory-Weiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
pada ibu dengan hyperemesis gravidarum menurut Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
yulianti, 2010 dimulai dengan :
1. Pencegahan
Pencegahan hyperemesis
gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang
kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapatr
dilakukan dengan cara :
a. Memberikaj
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologis
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
b. Menganjurkan
mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih
sering.
c. Waktu
bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,tetapi dianjurkan untuk makan
roti kering atau biscuit dan teh hangat.
d. Hindari
makanan yang berninyak dan berbau lemak
e. Makan
makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas dan jangan terlalu
dingin
f. Menjamin
defekasi teratur
g. Menganjurkan
makan makanan yang banyak mengandung gula, untuk menghindsri kekurangan
karbohidrat
2. Terapi
obat-obatan
Apabila dengan cara
diatas keluhan dan gejalan tidak berkurang maka diperlukan pengobatan :
a. Sedative
yang sering dipergunakan adalah phenobarbital
b. Vitamin
yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B2 yang berfungi untuk mempertahankan
kesehatan syaraf,jantung ,otot serta meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel
dan B6 berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan mual bagi ibu hamil dan juga
membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel darah merah.
c. Antihistamin
juga dianjurkan
d. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antiemetic seperti diklomin hidroklorida,
avomin
3. Isolasi
Isolasi dilakukan dalam
kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara baik ,hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat
cairan yang masuk dan keluar, tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam.
Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang dan hilang tanpa
pengobatan.
4. Terapi
psikologik
Perlu diyakinkan kepada
penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan , hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan,kurangi pekerjan serta menghilangkan maslah dan konflik yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini (
Winkjisastro, 2005 )
Bantuan yang positif
dalam mengatasi permasalahan psikologis dan social dinilai cukup signifikan
memberikan kemajuan keadaan umum ( Admin, 2008 )
5. Diet
1. Diet
hyperemesis I diberikan pada hyperemesis tingkat III .makanan hanya berupa roti
kering dan buah-buahan . cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 jam
sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat-zat gizi kecuali vitamin C
,karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
2. Diet
hyperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Makanan ini rendah dalam
semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D.
3. Diet
hyperemesis III diberikan kepada penderita dengan hyperemesis ringan. Menurut
krsanggupan penderita,minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.
( Taufan Nugroho, 2010 )
6. Terapi
parenteral
Berikan cairan
parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 %
dalam dalam cairan fisiologis sebabnya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin khusunya vitamin B kompleks dan Vitamin C dan bila
ada kekurangan protein dapat diberikan pula asam amino secara intravena dibuat
dalam daftar control cairan yang masuk
dan dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksakan sehari-hari terhadap
protein,aseton,klorida dan bilirubin.
Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3x sehari, dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidk muntah dan keadaan umum bertambah baik dpat dicoba
untukn diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah makanan yang
tidak cair. Dengan penanganan diatas pada umumnya gejala-gejala akan berkurang
dan keadaan akan bertambah baik. ( Ai Yeyeh Rukiah dan Lia Yulianti, 2010 ).
7. Penghentian
kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadaan
tidak menjadi kasus bahkann mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medic dsn
psikiatrik jika memburuk. Delirium,kebutaan,takikardia,iketrus,anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil oleh karena satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat dan dipihak lain tidak boleh menunggu sampai terjadi
irreversible pada organ vital. (Wiknjosastro,2005 )
BAB III
KONSEP
KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis
untuk mengumpulkan data, mengelompokkan, dan menganalisis, sehingga didapatkan
masalah dan kebutuhan untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah untuk
memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan ibu yang
memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan.
Langkah pertama dalam pengkajian ibu hyperemesis
gravidarum adalah mengumpulkan data. Data-data yang akan dikumpulkan adalah
sebagai berikut :
1. Data
riwayat kesehatan
a. Riwayat
kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan
sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan gejala-gejala
pada hyperemesis gravidarum, yaitu : mual dan muntah terus-menerus, merasa
lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan
demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan yang menurun. Turgor kulit
yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, takikardia, mta
cekung, dan ikterus.
b. Riwayat
kesehatan dahulu
· Kemungkinan
ibu pernah mengalami hyperemesis gravidarum sebelumnya.
· Kemungkinan
ibu pernah mengalami penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan yang
menyebabkan mual muntah.
c. Riwayat
kesehatan keluarga
Kemungkinan ada riwayat
kehamilan ganda pada keluarga.
2. Data
fisik biologis
Data
yang dapat ditemukan pada ibu dengan hyperemesis gravidarum adalah mamae yang
membengkak, hiperpigmentasi pada areola mamae, terdapat kloasma gravidarum,
mukosa membrane dan bibir kering, turgor kulit buruk, mata cekung dan sedikit
ikterik, ibu tampak pucat dan lemah, takikardi, hipotensi, serta pusing dan
kehilangan kesadaran.
3. Riwayat
menstruasi
a. Kemungkinan
menarkhe usia 12-14 tahun.
b. Siklus
28-30 hari.
c. Lamanya
5-7 hari.
d. Banyaknya
2-3 kali ganti duk/hari.
e. Kemungkinan
ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, dan muntah.
4. Riwayat
perkawinan
Kemungkinan
terjadi pada perkawinan usia muda.
5. Riwayat
kehamilan dan persalinan
a. Hamil
muda : ibu pusing, mual dan muntah,serta tidak ada nafsu makan.
b. Hamil
tua : pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan berat badan ,tekanan
darah,dan tingkat kesadaran.
6. Data
psikologi
Riwayat
psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa ibu
sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan jiwa ibu yang
labil,mudah marah, cemas, takut akan kegagalan persalinan, mudah menagis,
sedih, serta kekecewaan dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan diri
(koping) yang digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan
serta dukungan dari keluarga dan perawat.
7. Data
social ekonomi
Hyperemesis
gravidarum bisa terjadi pada semua golongan ekonomi, namun pada umumnya terjadi
pada tingkat menengah kebawah. Hal nini diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan yang dimiliki.
8. Data
penunjang
Data
penunjang didapat dari hasil laoboratorium, yaitu pemeriksaan darah dsn urine.
Pemeriksaan darah yaitu nilai hemoglobim dan hematokrit yang meningkat
menunjukkan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan
urinalis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi akibat dehidrasi,
juga terdapat aseton di dalam urine.
B. DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
1. Kekurangan
cairan dan elektrolit yang berhubungan
dengan mjuntah yang berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat.
2. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual dan muntah
terus-menerus.
3. Nyeri
pada epigastrum yang berhubungan dengan muntah yang berulang.
4. Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan
kelemahan umum
5. Resiko
perubahan nutrisi janin yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran darah
dan makanan ke janin
C. PERENCANAAN
KEPERAWATAN
1. Kekurangan
cairan dan elektrolit yang berhubungan
dengan mjuntah yang berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat
Tuuan : kebutuhan
cairan dan elektrolit terpenuhi.
a. Istirahtkan
ibu ditempat yang nyaman.
Rasional : istirahat
akan menurunkan kebutuhan energy kerja yang membuat metabolism tidak meningkat,
sehingga tifak merangsang terjadinya mual dan muntah.
b. Pantau
tanda-tanda vital serta tanda-tanda dehidrasi
Rasional : dengan
mengobservasi tanda-tanda kekuranfan cairan dapat diketahui sejauh mana keadaan
umum dan kekurangan cairan pada ibu. Tekanan darah menurun,suhu meningkat,dan
nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehodrasi dan hipovolemi.
c. Kolaborasi
dengan dokter pemberian cairan infus
Rasional : pemberian
cairan infus dapat mengganti jumlah cairan elektrolit yang hilang dengan cepat,
sehingga dapat mencegah keadaan yang lebih buruk dari ibu.
d. Pantau
tetesan cairan infus
Rasional : jumlah
cairan infus yang tidak tepat dapat menyebabkan yerjadinya kelebihan dan
kekurangan cairan di dalam system sirkulasi.
e. Catat
intake dan output
Rasional : dengan
mengetahui intake dan output cairan diketahui keseimbangan cairan di dalam
tubuh.
f. Setelah
24 jam dianjurkan untuk minum tiap jam.
Rasional : minum yang
sering dapat menambah pemasyukan cairn secara oral.
2. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan mual dan muntah
terus-menerus.
Tujuan : kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Intervensi
a. Kaji
kebutuhan nutrisi ibu
Rasional : dengan
mengetahui kebutuhan nutrisi ibu dapat dinilai sejauh mana kekurangan nutrisi
pada ibu dan menentukan langkah selanjutnya.
b. Observasi
tanda-tanda kekurangan nutrisi
Rasional : untuk
mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi akibat muntah yang berlebihan.
c. Setelah
24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tetapi sering
Rasional : makanan
dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi kerja
peristaltic usus serta memudahkan penyerapan
d. Berikan
makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : makanan yang
digarapkan dapat mengurangi rasa mual
dan makanan yang bervariasi untuk membantu nafsu makan ibu,sehingga Diharapkan
kebutuhan nutrisinya terpenuhi.
e. Berikan
makanan yang tidak berlemak dan berminyak
Rasional : makanan yang
tudak berlemak dan berminyak mengurangi rangsangan saluran pencernaan, sehingga
diharapkan mual dan muntah berkurang.
f. Anjurkan
klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan (roti
kering dan biscuit)
Rasional : makanan
kering tidak merangsang pencernaan dan mengurangi perasaan mual.
g. Berikan
ibu motivasi agar mau menghabiskan makanan
Rasional : ibu merasa diperhatikan dan berusaha menghabiskan
makanan
h. Timbang
berat badan ibu
Rasional : dengan
menimbang berat badan dapat diketahui keseimbangan berat badan sesuai usia
kehamilan dan pengaruh nutrisi.
3. Nyeri
pada epigastrum yang berhubungan dengan muntah yang berulang. Diharapkan
kebutuhan nutrisinya terpenuhi.
Tujuan : rasa nyaman
terpenuhi
Intervensi
a. Kaji
tingkat nyeri
Rasional : dengan
menhgkaji dapat diketahui tingkat nyeri pada ibu dan mentukan tindakan
selanjutnya.
b. Atur
posisi ibu dengan kepala lebihbtinggi selama 30 menit setelah makan
Rsioanal : dengan
;posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada
gastrointestinal,sehingga dapat mencegah mjuntah yang berulang.
c. Perhatikan
kebersihan mulut ibu sesudah dan setelah makan
Rasional : kebersihan
mulut yang baik dsn terpelihara dapat menimbulkan rasa nyaman juga diharapkan
dapat mengurangi mual dan muntah.
d. Alihkan
perhatian ibu pada hal uang menyenangkan
Rasional : dengan
mengalihkan perhatian diharapkan ibu dapat melupakan rasa nyeri akibat muntah
yang berulang
e. Anjurkan
ibu untuk beristiraht dan batasi pengunjung
Rasioanal : dengan
istirahat yag cukup dan membatasui pengunjung dapat menambah ketenangan ibu
f. Kolaborasi
dalam pemberian antiemetic dan sedative dengan dokter
Rasional : pbst aanti
emetic mengurangi muntah dan obat sedative membuat ibu tenang ,sehingga dapat
mengurangi nyeri yang dirasakan oleh ibu.
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan : meningkatkan
toleransi aktivitas
a. Anjurkan
klien membatasi akitvitas dengan istirahat yang cukup
Rasional : menghemat
energy dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan
kelelahan/kepekaan uterus
b. Anjurkan
klien untuk menghindari mengangkat berat
Rasional : aktivitas
yang ditoleransin sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untk wanita beresiko.
c. Bantu
klien beraktifitas secara bertahap
Rasional : aktivitas
bertahap meminimalkan terjadinya trauma serta meringankan dalam memenuhi
kebutuhannya
d. Anjurkan
tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi
Rasional : tingkat aktivitas
mungkin perlu dimodifikasi sesuai indikasi
5. Resiko
perubahan nutrisi janin yang berhubungan dengan berkurangnya peredaran darah
dan makanan ke janin
Tujuan : perkembangan
janin ridak terganggu
Intervenesi
a. Jelaskan
pada ibu mengenai pentinmgnya nutrisi
bagi pertumbunhan dan perkembangan janin
Rasioanal : agar ibu
menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dan ibu mengetahui akan jumlah
nutrisinya
b. Periksa
fundus utreri
Rasional : tinggi
fundus uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan dapat menjadi bahan
penilaian akan nutrisi bagi janin
c. Pantau
denyut jantung janin
Rasional : denyut jntung yang masih
dalam keadaan normal dan aktif menandakan janin masih dalaam keadaan baik.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hyperemesis
gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum memburuk.
2. Penyebab
hyperemesis gravidarum secara pasti belum diketahui factor predisposisinya
antara lain : factor adaptasi dan
hormonal atau peningkatan kadar HCG ,factor psikologis dan factor alergi.
3. Hyperemesis
gravidarum terbagi dalam tingkatan yaitu ringan , sedang dan berat.
4.
Penanganan hyperemesis gravidarum pada
tahap awal adalah pencegahan dengan memberikan
konseling untuk menghadapi kehamilan dan komplikasinya.
5. Terapi
yang diberikan pada kasus hyperemesis gravidarum adalah terapi
obat-obatan,terapi psikologisnterap[I parenteral dan isolasi. Apabila keadaan
tetap nmemburuk terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan.
B. SARAN
Sebagai perawat
harus mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan jika menghadapi kondisi
pasien atau klien dengan hyperemesis gravidarum. Sebaiknyan perawat memberikan penanganan
terbaik kepada pasien hyperemesis gravidarum agar klien dapat menjalani proses
kehamilan dengamn lancar sampai pada proses persalinan dengan selamat.
No comments:
Post a Comment