Monday, September 14, 2015

Askep Tetralogy Of Fallot

ASKEP TETRALOGY OF FALLOT



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD, stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta (Nursalam dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara penyakit jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan kromosom.
Kelainan ini lebih sering muncul pada laki – laki daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini penyakit ini pada anak – anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi yang lebih parah terjadi.
B.     Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit anak yaitu tetralogi fallot.

BAB II
KONSEP DASAR
A.     Definisi
Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang  dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Harianto, 1994). Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut :
a.       Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel
b.      Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan
c.       Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta  keluar dari bilik kanan
d.      Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
Jadi tetralogi of fallot adalah kombinasi dari obstruksi aliran ke luar dari bilik kanan (stenosis pulmonal), Defek Septum Ventrikel (VSD), aorta overriding, dan hipertrofi ventrikel kanan.

B.     Pathofisiologi
Tetralogi fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan“ yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding aorta melebihi  50 %, hendaknya dipikirkan  kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan.
Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot.Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallot.
Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemik.
Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama.Berat ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau interventrikuler.Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian itu
Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries)
.




C.     Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain:
a.       Faktor endogen
§  Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
§  Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
§  Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
b.      Faktor eksogen
§  Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu).
§  Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
§  Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

D.    Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala Tetralogi of Fallot antara lain :
1.      Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.
2.      Sianosis
Satu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung kongesif.

3.      Dispneu
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan anak-anak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.
4.      Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”)
Terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita. Bayi tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat, pendertita mulai sulit bernapas. Serangan-serangan demikian paling sering terjadi pada pagi hari.
5.      Pertumbuhan dan perkembangan
Yang tidak tumbuh dan berkembang secara tidak normal dapat mengalami keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati. Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rata serta otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.
6.      Biasanya denyut pembuluh darah normal
Seperti halnya tekanan darah arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan. Jantung biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas. Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.
7.      Bising sistolik
Yang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar, bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut jarang diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini dapat terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah koleteral bronkus yang melebar atau terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.

E.      Pemeriksaan Diagnostik
·        Pemeriksaan Laboratorium
1.      Darah
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
2.      BGA
Nilai BGAmenunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi
3.      Analisa Gas Darah
PCV meningkat. PCV lebih besar 65%, dapat menimbulkan kelainan koagulasi : waktu perdarahan memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang abnormal.
4.      Desaturasi darah arterial.
5.      Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi).
·        X foto dada (radiologi)
1.      Jantung tidak membesar
2.      Arkus aorta disebelah kanan (25%)
3.      Aorta asendens melebar
4.      Konus pulmonalis cekung
5.      Apeks terangkat
6.      Vaskularitas paru berkurang
7.      Jantung berbentuk sepatu
·        EKG
Defisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan (RVH): gelombang P diantara II sering tinggi.
·        Ekokardiogram
1.      Overiding aorta
2.      Defect septum ventrikel
3.      Jalan keluar ventrikel kanan menyempit.
4.      Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

F.    Penatalaksanaan
a.      Penatalaksanaan Medis
      Sianosis berat : beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan kepatenan duktus dan meningkatkan aliran darah paru
      Sianosi ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah penutupan ductus, bayi ini membutuhkan koreksi bedah selamaperiode neonatal
      Antibiotik : sesuai  hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti biotic propilaksis
      Diuresik : untuk meningkatkan dieresis,  mengurangi kelebihan cairan, digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
      Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah jantung serta menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung tertentu ( jarang diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)
      Besi untuk mengatasi anemia
      Betablocker ( propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas myokard  , dipakai untuk mencegah dan mengobati  serangan hypersianosis.
      Morfin : meningkatkan ambang sakit, mengobati hypersianosis dengan menghambat pusat pernafasan dan reflek batuk.
*      NaHCO3, sebuah pengalkali sistemik kuat: untuk mengobati asidosis dengan  mengganti ion bicarbonate dan memulihkan kapasitas buffer tubuh.


b.      Penatalaksanaan Pembedahan
      Pembedahan paliatif
Dengan suatau shunt procedure diharapkan paru akan mendapat darah lebih banyak dan sianosis akan menghilang.Cara :
1.      Prosedur Blalock – Taussig : Anastomosis antara arteri sistemik (A. subklavia, A. karotis) dengan arteri pulmonalis proksimal yang ipsilateral.Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat, dibelah dan dianastomosiskan ke arteri pulmonal kotralateral. Keuntungan pirau ini adalah membuat pirau yang sangat kecil, yang tumbuh bersama anak, dan mudah mengangkatnya selama perbaikan definitive. Prosedur ini memakai bahan prostetik, umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini , ukurannya dapat lebih dikendalikan, dan lebih mudah pada saat anak masih muda.Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalock-Taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi pulmonal melalui arteri subklavia, yang meningkatkan aliran darah pulmonal dengan tekanan rendah dan menghindari kongesti paru. Aliran darah ini memungkinkan stabilisasi, meningkatkan status jantung dan paru sampai anak tersebut cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman.
2.      Prosedur Waterson : Anastomosis antara aorta asendens dengan arteri pulmonalis kanan. Indikasi : Tindakan ini dilakukan apabila koreksi total tidak atau belum dimungkinkan (misalnya pada hipoplasia arteri pulmonalis atau pada bayi). dengan prosedur ini diharapkan arteri pulmonalis dapat berkembang.
      Pembedahan kolektif.
1.      Penutupan defek septum ventrikel
2.      Reteksi infundibulum
3.      Valvulotomi untuk stenosis pulmonal





ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN TETRALOGI OF FALLOT
G.     Pengkajian Keperawatan
1.      Anamnesa
a.       Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1)    Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2)    Anak yang lahir sebelumnya menderita  penyakit jantung bawaan
3)    Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung  atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat  kehamilan  ibu
1)    Sebelumnya  ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
2)    Ibu menderita penyakit infeksi :  Rubella
3)    Pajanan terhadap sinar –X
b.      Riwayat  tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
c.       Riwayat psikososial/ perkembangan
1)    Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2)    Mekanisme koping anak/ keluarga
3)    Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d.      Pemeriksaan fisik
1)    Akivitas dan istirahat
Gejala    : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda    : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
              keterbatasan dalam rentang gerak.
2)    Sirkulasi
Gejala    : Takikardi, disritmia
Tanda    : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
          pada membran muksa, gigi sianotik
3)    Eliminasi
Tanda    : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4)    Makanan/ cairan
Tanda    : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala    : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
     kering
5)    Hiegiene
Tanda    : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6)    Neurosensori
Tanda    : Kejang, kaku kuduk
Gejala    : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
7)    Nyeri/ keamanan
Tanda    : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala    : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/
mengeluh
8)    Pernafasan
Tanda    : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi
Gejala    : Dyspnea, napas cepat dan dalam
9)    `Nyeri/ keamanan
Tanda    : Sianosis, pusing, kejang
Gejala    : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,
2.      Pemeriksaan penunjang
a.    Pemeriksaan laboratorium :Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah
b.    Radiologis    :Sinar  X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu
c.    Elektrokardiogram ( EKG)    : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P  pulmonal
d.    Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
e.    Katerisasi jantung    : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer
f.    Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2

H.     Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b.      Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
c.       Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
d.      Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.

I.     Rencana Keperawatan
a.      Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac output pada klien dapat diatasi, dengan kriteria hasil :
-   denyut nadi klien kembali normal, yaitu 90 – 140 x/mnt
-    Klien tidak terlihat pucat.
-    Klien tidak terlihat lemah.
-    mengalami sianosis pada tubuhnya.
·   Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
·   Catat bunyi jantung.
·   Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.


·   Pantau intake dan output setiap 24 jam.
·   Batasi aktifitas secara adekuat.


·   Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
·   Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.
·   Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
·   Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
·   Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium.
·   Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
·   Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yangmeningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.



b.      Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
-       Pasien dapat
melakukan aktivitas sesuai dengan batas kemampuan
-       Klien dapat tidur nyenyak pada  malam hari
-       Klien terlihat lebih segar ketika terbangun


·   Ikuti pola istirahat pasien, hindari pemberian intervensi pada saat istirahat.
·   Lakukan perawatan dengan cepat, hindari pengeluaran energi berlebih dari pasien.
·   Bantu pasien memilih kegiatan yang tidak melelahkan.

·   Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak.

·   Kurangi kecemasan pasien dengan memberi penjelasan yang dibutuhkan pasien dan keluarga.
·   Respon perubahan keadaan psikologis pasien (menangis, murung dll) dengan baik.
·   Menghindari gangguan pada istirahat tidur pasien sehingga kebutuhan energi dapat dibatasi untuk aktifitas lain yang lebih penting.
·   Meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dan menghemat energi pasien.

·   Menghindarkan pasien dari kegiatan yang melelahkan dan meningkatkan beban kerja jantung.
·   Perubahan suhu lingkungan yang mendadak merangsang kebutuhan akan oksigen yang meningkat.
·   Kecemasan meningkatkan respon psikologis yang merangsang peningkatan kortisol dan meningkatkan suplai O2.
·   Stres dan kecemasan berpengaruh terhadap kebutuhan O2 jaringan.

c.       Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.:
Rencana intervensi dan rasional:


TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pertumbuhan dan perkembangan klien dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan usia , dengan kriteria hasil :
-Anak usia 6 bulan dapat :
Merangkak,duduk dengan bantuan, menggenggam, dan memasukkan benda ke mulut.
-Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan rata – rata masa tubuh berada dalam batas normal sesuai usia.
-Klien dapat berinteraksi dengan keluarga


·  Sediakan kebutuhan nutrisi adekuat.


·  Monitor BB/TB, buat catatan khusus sebagai monitor.
·  Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi.
·  Menunjang kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan daya tahan tubuh.
·   Sebagai monitor terhadap keadaan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat.
·   Mencegah terjadinya anemia sedini mungkin sebagi akibat penurunan kardiak output.


d.      Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:

TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil :

-Terbebas dari tanda - tanda infeksi
-Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
·   Kaji tanda vital dan tanda – tanda infeksi umum lainnya.
·   Hindari kontak dengan sumber infeksi.
·   Sediakan waktu istirahat yang adekuat.
·   Sediakan kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
·   Memonitor gejala dan tanda infeksi sedini mungkin.
·   Menghindarkan pasien dari kemungkinan terkena infeksi dari sumber yang dapat dihindari.
·   Istirahat adekuat membantu meningkatkan keadaan umum pasien.
·   Nutrisi adekuat menunjang daya tahan tubuh pasien yang optimal.

J.  EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1.      Denyut nadi klien dalam batas normal, yaitu 90 – 140 x/mnt
2.      Dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
3.      Pertumbuhan dan perkembangan anak seimbang
4.      Terbebas dari tanda - tanda infeksi 


DAFTAR PUSTAKA
Wong  Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 6 vol 2; Jakarta, 2009. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Bambang  M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
Lynn Betz Cecily dan A. Sowden Linda. Buku saku keperawatan pediatri, Edisi  5; Jakarta, 2004. Penerbit Buku Kedokteran ECG..
Guyton, Arthur C. 2006. BukuAjar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta: Infomedika.
Haws, Paulette S,2007,.Asuhan  neonates : rujukan cepat,alih bahasa HY Kuncoro, Jakarta EGC 2007
 


No comments:

Post a Comment