ASKEP TETRALOGY
OF FALLOT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung
kongentinal yang merupakan suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak
lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena
terdapat kelainan VSD, stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan
overiding aorta (Nursalam dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang
pada sekat antara kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena
penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru,
bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. Hipertrofi
ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta
merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF
ini menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek
septum ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 %
dari seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara penyakit jantung
bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan jantung
tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut berperan
sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil, faktor
lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan
kromosom.
Kelainan ini lebih sering muncul pada laki – laki
daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid bisa menjadi tebal
sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat diminimalkan dan
dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini penyakit ini pada
anak – anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi yang lebih parah
terjadi.
B. Tujuan
Untuk
mengetahui lebih dalam mengenai penyakit anak yaitu tetralogi fallot.
BAB II
KONSEP DASAR
A.
Definisi
Tetralogi Fallot (TOF)
adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah
kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian
infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan
syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Harianto,
1994). Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai
berikut :
a. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
b. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan
c. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar
dari bilik kanan
d. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Komponen yang paling
penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal
bersifat progresif , makin lama makin berat.
Jadi tetralogi of fallot
adalah kombinasi dari obstruksi aliran ke luar dari bilik kanan (stenosis
pulmonal), Defek Septum Ventrikel (VSD), aorta overriding, dan hipertrofi
ventrikel kanan.
B. Pathofisiologi
Tetralogi fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan“
yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis
infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya
tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai
deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta).
Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta),
sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis
pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada
tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila
overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan
adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan.
Devisiasi septum infindibuler ke arah anteriol ini
sesungguhnya merupakan bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot.Itulah
sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai
stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi
fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol.
Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan
kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallot.
Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi
karena obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada
tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan
dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah
sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung
kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek
septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemik.
Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang
utama.Berat ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis
infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau
interventrikuler.Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya
suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula
sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan.
Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini
menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat
obstruksi pada bagian itu
Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries).
Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries).
C.
Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor
tersebut antara lain:
a. Faktor endogen
§ Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
§ Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
§ Adanya penyakit tertentu dalam
keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau
kelainan bawaan.
b. Faktor eksogen
§ Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral
atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu).
§ Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
§ Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab
endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan
lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke
delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
D.
Manifestasi
Klinis
Tanda dan Gejala Tetralogi of Fallot antara lain :
1. Murmur
Merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada
denyut jantung bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar
setelah bayi berumur beberapa hari.
2. Sianosis
Satu dari
manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak ditemukan
pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat
dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar,
bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung kongesif.
3. Dispneu
Terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik.
Bayi-bayi dan anak-anak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk
waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar
mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk
beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita tercermin oleh
intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan mengambil sikap
berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari
aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali
dalam beberapa menit.
4. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”)
Terutama merupakan
masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita. Bayi tersebut menjadi
dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat, pendertita mulai
sulit bernapas. Serangan-serangan demikian paling sering terjadi pada pagi
hari.
5. Pertumbuhan dan perkembangan
Yang tidak tumbuh dan
berkembang secara tidak normal dapat mengalami keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati.
Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rata serta
otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas
juga terlambat.
6. Biasanya denyut pembuluh darah normal
Seperti halnya tekanan
darah arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan. Jantung
biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas. Suatu gerakan sistolis dapat dirasakan pada
50% kasus sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan
ke-4.
7. Bising sistolik
Yang ditemukan seringkali
terdengar keras dan kasar, bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling
besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas
lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada
obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar
tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut
jarang diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini dapat
terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising
tersebut dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah koleteral bronkus yang
melebar atau terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.
E.
Pemeriksaan Diagnostik
· Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
Ditemukan adanya
peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah.
Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65
%.
2. BGA
Nilai BGAmenunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial
oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau
rendah mungkin menderita defisiensi besi
3. Analisa Gas Darah
PCV meningkat. PCV lebih
besar 65%, dapat menimbulkan kelainan koagulasi : waktu perdarahan memanjang,
fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang abnormal.
4. Desaturasi darah arterial.
5. Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi).
· X foto dada (radiologi)
1. Jantung tidak membesar
2. Arkus aorta disebelah kanan (25%)
3. Aorta asendens melebar
4. Konus pulmonalis cekung
5. Apeks terangkat
6. Vaskularitas paru berkurang
7. Jantung berbentuk sepatu
· EKG
Defisiasi sumbu QRS ke
kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan (RVH): gelombang P diantara II sering
tinggi.
· Ekokardiogram
1. Overiding aorta
2. Defect septum ventrikel
3. Jalan keluar ventrikel kanan menyempit.
4. Kateterisasi
Diperlukan sebelum
tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
F.
Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Sianosis
berat : beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan kepatenan duktus dan
meningkatkan aliran darah paru
Sianosi
ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah penutupan ductus,
bayi ini membutuhkan koreksi bedah selamaperiode neonatal
Antibiotik :
sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti biotic
propilaksis
Diuresik :
untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebihan cairan, digunakan dalam
pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
Digitalis :
meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah jantung serta
menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk mengobati gagal jantung
kongesti dan aritmia jantung tertentu ( jarang diberi sebelum koreksi, kecuali
jika pirau terlalu besar)
Besi untuk
mengatasi anemia
Betablocker
( propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta
iritabilitas myokard , dipakai untuk mencegah dan mengobati
serangan hypersianosis.
Morfin :
meningkatkan ambang sakit, mengobati hypersianosis dengan menghambat pusat
pernafasan dan reflek batuk.
NaHCO3, sebuah pengalkali sistemik
kuat: untuk mengobati asidosis dengan mengganti ion bicarbonate dan
memulihkan kapasitas buffer tubuh.
b. Penatalaksanaan Pembedahan
Pembedahan paliatif
Dengan suatau shunt
procedure diharapkan paru akan mendapat darah lebih banyak dan sianosis akan
menghilang.Cara :
1. Prosedur Blalock – Taussig : Anastomosis antara arteri sistemik (A.
subklavia, A. karotis) dengan arteri pulmonalis proksimal yang
ipsilateral.Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat,
dibelah dan dianastomosiskan ke arteri pulmonal kotralateral. Keuntungan pirau
ini adalah membuat pirau yang sangat kecil, yang tumbuh bersama anak, dan mudah
mengangkatnya selama perbaikan definitive. Prosedur ini memakai bahan
prostetik, umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini , ukurannya dapat
lebih dikendalikan, dan lebih mudah pada saat anak masih muda.Konsekuensi
hemodinamik dari pirau Blalock-Taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik
memasuki sirkulasi pulmonal melalui arteri subklavia, yang meningkatkan aliran
darah pulmonal dengan tekanan rendah dan menghindari kongesti paru. Aliran
darah ini memungkinkan stabilisasi, meningkatkan status jantung dan paru sampai
anak tersebut cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman.
2. Prosedur Waterson : Anastomosis antara aorta asendens dengan arteri
pulmonalis kanan. Indikasi : Tindakan ini dilakukan apabila koreksi total tidak
atau belum dimungkinkan (misalnya pada hipoplasia arteri pulmonalis atau pada
bayi). dengan prosedur ini diharapkan arteri pulmonalis dapat berkembang.
Pembedahan kolektif.
1. Penutupan defek septum ventrikel
2. Reteksi infundibulum
3. Valvulotomi untuk stenosis pulmonal
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN TETRALOGI OF FALLOT
G. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Riwayat
kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen : Riwayat kehamilan ibu
1) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
2) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X
b. Riwayat tumbuh
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
c. Riwayat
psikososial/ perkembangan
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/ keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak/ keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
1) Akivitas dan istirahat
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
pada membran muksa, gigi sianotik
3) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4) Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
5) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
7) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/
mengeluh
8) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
9) `Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,
1) Akivitas dan istirahat
Gejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.
Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum,
keterbatasan dalam rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardi, disritmia
Tanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis
pada membran muksa, gigi sianotik
3) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
4) Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
5) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
7) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/
mengeluh
8) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
9) `Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah
b. Radiologis :Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu
c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
e. Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer
f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2
a. Pemeriksaan laboratorium :Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah
b. Radiologis :Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu
c. Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
e. Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer
f. Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2
H. Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko penurunan
cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b.
Intoleransi
aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
c.
Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan
tubuh, isolasi social.
d.
Resiko infeksi b/d
keadaan umum tidak adekuat.
I. Rencana Keperawatan
a.
Resiko penurunan
cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima,
bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta
dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5
– 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan penurunan cardiac output pada klien dapat diatasi, dengan kriteria
hasil :
- denyut nadi klien kembali normal, yaitu 90 – 140 x/mnt
- Klien tidak terlihat pucat.
- Klien tidak terlihat lemah.
- mengalami sianosis pada tubuhnya.
|
· Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
· Catat bunyi jantung.
· Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
· Pantau intake dan output setiap 24 jam.
· Batasi aktifitas secara adekuat.
· Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
|
· Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini
mungkin.
· Mengetahui adanya perubahan irama jantung.
· Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer
terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat
adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
· Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan
menahan produksi cairan dan natrium.
· Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
· Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yangmeningkatkan TD
dan meningkatkan kerja jantung.
|
b.
Intolerans
aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang
adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan,
istirahat tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
- Pasien dapat
melakukan aktivitas sesuai
dengan batas kemampuan
- Klien dapat tidur nyenyak pada malam hari
- Klien terlihat lebih segar
ketika terbangun
|
· Ikuti pola istirahat pasien, hindari pemberian intervensi
pada saat istirahat.
· Lakukan perawatan dengan cepat, hindari pengeluaran energi
berlebih dari pasien.
· Bantu pasien memilih kegiatan yang tidak melelahkan.
· Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak.
· Kurangi kecemasan pasien dengan memberi penjelasan yang dibutuhkan
pasien dan keluarga.
· Respon perubahan keadaan psikologis pasien (menangis,
murung dll) dengan baik.
|
· Menghindari gangguan pada istirahat tidur pasien sehingga
kebutuhan energi dapat dibatasi untuk aktifitas lain yang lebih penting.
· Meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dan menghemat
energi pasien.
· Menghindarkan pasien dari kegiatan yang melelahkan dan
meningkatkan beban kerja jantung.
· Perubahan suhu lingkungan yang mendadak merangsang
kebutuhan akan oksigen yang meningkat.
· Kecemasan meningkatkan respon psikologis yang merangsang
peningkatan kortisol dan meningkatkan suplai O2.
· Stres dan kecemasan berpengaruh terhadap kebutuhan O2
jaringan.
|
c.
Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi
jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva
tumbuh kembang sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.:
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pertumbuhan dan perkembangan klien
dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan usia , dengan kriteria
hasil :
-Anak usia 6 bulan dapat :
Merangkak,duduk dengan bantuan,
menggenggam, dan memasukkan benda ke mulut.
-Berat badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas, dan rata – rata masa tubuh berada dalam batas normal
sesuai usia.
-Klien dapat berinteraksi
dengan keluarga
|
· Sediakan kebutuhan nutrisi
adekuat.
· Monitor BB/TB, buat catatan
khusus sebagai monitor.
· Kolaborasi intake Fe dalam
nutrisi.
|
· Menunjang kebutuhan nutrisi
pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan daya tahan tubuh.
·
Sebagai monitor
terhadap keadaan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat.
·
Mencegah
terjadinya anemia sedini mungkin sebagi akibat penurunan kardiak output.
|
d.
Resiko infeksi b/d
keadaan umum tidak adekuat.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil :
-Terbebas dari tanda - tanda infeksi
-Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
|
·
Kaji tanda vital
dan tanda – tanda infeksi umum lainnya.
·
Hindari kontak
dengan sumber infeksi.
·
Sediakan waktu
istirahat yang adekuat.
·
Sediakan
kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.
|
· Memonitor gejala dan tanda infeksi sedini mungkin.
· Menghindarkan pasien dari kemungkinan terkena infeksi dari
sumber yang dapat dihindari.
· Istirahat adekuat membantu meningkatkan keadaan umum
pasien.
· Nutrisi adekuat menunjang daya tahan tubuh pasien yang
optimal.
|
J. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1. Denyut nadi klien dalam batas normal,
yaitu 90 – 140 x/mnt
2. Dapat melakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuan
3. Pertumbuhan dan perkembangan anak
seimbang
4. Terbebas dari tanda - tanda
infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Wong Donna L, dkk. Buku Ajar
Keperawatan Pediatri, Edisi 6 vol 2; Jakarta, 2009. Penerbit Buku Kedokteran
ECG.
Bambang
M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan
Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
Lynn Betz Cecily dan A. Sowden Linda. Buku saku keperawatan pediatri,
Edisi 5; Jakarta, 2004. Penerbit Buku
Kedokteran ECG..
Guyton, Arthur C. 2006. BukuAjar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta: Infomedika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta: Infomedika.
Haws, Paulette S,2007,.Asuhan neonates : rujukan
cepat,alih bahasa HY Kuncoro, Jakarta EGC 2007
No comments:
Post a Comment