Monday, September 14, 2015

MAKALAH “ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRAL PALSY”



MAKALAH
“ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRAL PALSY”





BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Cerebral palsy adalah suatu gangguan yang terjadi dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. 
Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.
Etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Winthrop Phelps menekankan pentingnya pendekatan multi - disiplin dalam penanganan penderita cerebral palsy, seperti disiplin anak, saraf, mata, THT, bedah tulang, bedah saraf, psikologi, ahli wicara, fisioterapi, pekerja sosial, guru sekolah Iuar biasa. Di samping itu juga harus disertakan peranan orang tua dan masyarakat.
Dengan meningkatnya pelayanan obstetric dan perinatologi dan rendahnya angka kelahiran di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat angka kejadian cerebral palsy akan menurun. Namun dinegara-negara berkembang, kemajuan teknologi kedokteran selain menurunkan angka kematian bayi risiko tinggi, juga meningkatkan jumlah anak-anak dengan gangguan perkembangan.
Angka kejadian penyakit cerebral palsy di Eropa (1950) sebanyak 2,5 per 1000 kelahiran hidup, Gilory memperoleh 5 dan 1000 anak memperlihatkan deficit motorik yang sesuai dengan cerebral palsy, 50 % kasus termasuk ringan sedangkan 10% termasuk berat. Yang dimaksud ringan ialah penderita yang dapat mengurus dirinya sendiri, sedangkan yang tergolong berat ialah penderita yang memerlukan perawatan khusus, 25 % mempunyai intelegensi rata-rata (normal), sedangkan 30 % kasus menunjukkn IQ di bawah 70, 35 % disertai kejang, sedangkan 50 % menunjukan gangguan bicara. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita ( 1,4 : 1,0)

B.     TUJUAN
a.       Untuk mengetahui definisi Cerebral Palsy.
b.      Untuk mengetahui patofisiologi Cerebral Palsy.
c.       Untuk mengetahui etiologi/penyebab Cerebral Palsy.
d.      Untuk mengetahui manifestasi klinis Cerebral Palsy.
e.       Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada klien Cerebral Palsy.
f.       Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Cerebral Palsy.
g.      Untuk mengetahui pengkajian fokus pada klien Cerebral Palsy.
h.      Untuk mengetahui diagnosa pada klien Cerebral Palsy.
i.        Untuk mengetahui perencanaan pada klien Cerebral Palsy.
j.        Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada Cerebral Palsy.



BAB  II
KONSEP DASAR

A.    DEFINISI
Cerebral Palsy adalah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas sistem motor piramida (motor korteks, basal oleh ganglia dan otak kecil) yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal.


B.     PATOFISIOLOGI
1.      malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gyri, saluran sulci dan berat otak rendah.
2.    Anoxia merupakan penyebab yang berarti cadangan kerusakan otak, atau sekunder dari penyebab mekanisme yang lain. CP (Cerebral Palsy)dapat dikaitkan dengan prematur yaitu spastik dispelgia yang disebabkan oleh hypoxic infraction atau hemorrage dalam ventrikel.
3.    Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan enyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei kranial. Selain itu juga dapat terjadi bila basal ganglia mengalami injury yang ditandai dengan tidak terkontrol; pergerakan yang tidak disadari dan lambat.
4.      Type CP hemiparetic, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri cerebral tengah. Cerebral hypoplasia; hypoglicernia neonatal dihubungkan dengan ataxia CP.
5.      Spastic CP yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor korteks yang
 ditandai dengan ketegangan otot dan hiperresponsif. Refleks tendon yang dalam akan mengingatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan sentakan yang tiba-tiba pada sedikit atau semua ekstermitas.
6.      Ataxic CP adanya injury dari serebelum yang mana mengatur koordinasi, keseimbangan dan kinestik. Akan tampak pergerakan yang tidak terkoordinasi, keseimbangan dan kinestik. Akan tampak pergerakan yang tidak terkoordinasi pada ekstermitas atas bila anak memegang/menggapai benda. Ada pergerakan berulang dan cepat namun minimal.
7.      Rigid/tremor/atonic CP ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksir dan ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas multipel yang terkait dengan kurangnya pergerakan aktif.
8.      Secara umum cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan retardasi mental dan microcephaly.

C.     ETIOLOGI
1.      Prenatal; tetratogens, rubella, toxoplasmosis, CMP(cytomegalovirus), syn-drome genetik, abnormal kromosom, malformasi otak, infeksi intrauter-ine, masalah fetal/fungsi plasenta, pre-eklamsia, komplikasi persalinan.
2.      Perinatal; sepsis, infeksi CNS(Center Neuron System), prematur, asfiksia, toximea, trauma lahir, anoxia, diabetes, perinatal, pendarahan intrakranial.
3.      Postnatal; infeksi, trauma dan stroke.
4.      Childhood; meningitis, injury otak, toxin.

D.    MANIFESTASI KLINIS
a.       Terlambatnya perkembangan pergerakan kasar
b.      Abnormal refleks dan penampilan gerakan
c.       Abnormal pada refleks moro, plantar, palmar
d.      Gangguan pada intelektual
e.       Tanda tanda yang perlu diwaspadai; pada fisik; kurangi kontrol pada daerah kepala setelah usia 3 bulan, kejang dan kaku pada lengan dan kaki, selalu terdorong ke bawah/postur tidak rata, tidak dapat duduk tanpa support, hanya menggunakan beberapa anggota badan.
f.       Tingkah laku; irritabel, mudah menangis, tidak dapat senyum/respon pada usia 3 bulan, kesukaran dalam makan, sering cekukan atau muntah bila makan. Setelah usia 6 bulan lidah mendorong makanan keluar dari mulut.
g.      Klasifikasi Spastic
-          Spastic; hypertonicity dengan kurangnya kontrol pada postur tubuh, keseimbangan dan pergerakan koordinasi. Keruskan keterampilan gerakan halus dan kasar. Pergerakan yang aktif yang mengikat pada postur dan berlebihan pada salah satu anggota tubuh.
-          Dyskinetic/athetoid; pergerakan abnormal yang tidak disadari, athetosis, ditandai dengan pergerakan lambat, biasanya pada ekstermitas,  bahu, otot wajah dan lidah, adanya dysartria.
-          Ataxic; seperti jalan menyeret, cepat, pergerakan mengulang, disintegrasi pergerakan pada ekstermitas atas ketika anak akan mengapai benda.
-          Mixed/dystonic; kombinasi spasticity dan athetosis.
-           
E.     Pemeriksaan Diagnostik
1.      Riwayat dan gambaran klinik
2.      Pemeriksaan refleks
3.      EEG
4.      CT Scan
5.      Pemeriksaan Elektronik

F.      PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Terapeutik
1.      Terapi fisik
- Brances (alat penyokong)
- Splint (pembalutan)
- Casting (pemasang gibs)
2.      Alat-alat; kursi roda atau yang lainnya.
3.      Terapi kerja; menulis, makan, minum, dll (ADL)
4.      Terapi bicara
5.      Pendidikan khusus
6.      Terapi medik; spastic, nyeri sekunder kondisi bladder

G.     FOKUS PENGKAJIAN
1.      Identifikasi anak yang mempunyai resiko
2.      Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
3.      Monitor respon untuk bermain
4.      Kaji fungsi intelektual anak

H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Risiko injury berhubungan dengan spasme, pergerakan yang tidak terkontrol dan kejang.
2.         Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme dan kelemahan otot-otot.
3.         Pelrubahan tumbuh dan kembang berhubungan dengan gangguan neuromuskular.
4.         Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskular dalam artikulasi.
5.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesukaran menelan dan meningkatnya aktivitas.
6.         Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan neuromuskular.
7.         Perubahan proses pikir berhubungan dengan serebral injury, ketidakmampuan belajar.
8.         Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasme otot meningkatnya aktivits, perubahan kognitif.
9.         Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah dan kebutuhan terapi.
10.     Perubahan peran orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak dalam kondisi kronik.
11.     Gangguan integritas kulit berhubugan dengan penggunan atau alat penyokong.

I.       PERENCANAAN
1.      Anak akan selalu aman dan terbebas dari injury.
2.      Anak akan memiliki kemampuan pergrerakan yang maksimum dan tidak mengalami kontraktur.
3.      Anak akan mengeksplorasi cara belajar dan ikut perpartisipasi dengan anak lain dalam melakukan bnerbagai aktifvitas.
4.      Anak akan mengekspresikan tentang kebutuhan dan mengebangkan metoda dalam berkomunikasi dengan orang lain.
5.      Kebutuhan status nutrisi anak akan tetap terpenuhi yang ditandai dengan berat badan dalam batas normal.
6.      Anak tidak mengalami aspirasi.
7.      Anak akan menunjukkan tingkat kemampuan belajar yang sesuai.
8.      Kebutuhan sehari-hari pada anak terpenuhi.
9.      Orang tua/ keluarga menunjukkan pemahaman terhadap kebutuhan perawatan anak uang ditandai dengan ikut berperan aktif dalam perawatan anak.
10.  Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit tetap utuh.

J.       IMPLEMENTASI
1.      Meningkatkan kebutuhan keamanan dan mencegah injury
-          Hindari anak dari benda-benda yang membahayakan;  misalnya dapat terjatuh
-          Perhatikan anak anak saat beraktifitas
-          Beri istirahat bila anak lelah
-          Gunakan alat pengaman bila diperlukan
-          Bila ada kejang; pasang alat pengaman di mulut adar lidah tidak tergigit
-          Lakukan suction
-          Pemberihan anti kejang bila terjadi kejang
2.      Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik.
-          Kaji pergerakan sendi-sendi dan tonus otot
-          Lakukan terapi fisik
-          Lakukan reposisi setiap 2 jam
-          Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis, membaca dan aktivitas
-          Ajarkan dalam menggunakan alat bantu jalan
-          Ajarkan cara duduk, merangkak pada anak kecil, berjalan, dll
-          Ajarkan bagaimana cara menggapai benda
-          Ajarkan untuk menggerakan anggota tubuh
-          Ajarkan ROM yang sesuai
-          Ajarkan periode istirahat
3.      Meningkatkan kebutuhan tumbuh kembang dalam tingkat yang optimum
-          Kaji tingkat tumbuh kembang
-          Ajarkan untuk intervensi awal dengan terapi rekreasi dan aktivitas sekolah
-          Berikan akktivitas yang sesuai, menarik dan dapat dilakukan oleh anak
4.      Meningkatkan komunikasi
-          Kaji respon dalam berkomunikasi
-          Gunakan kartu/gambar-gambar/papan tulis untuk memfasilitasi komunikasi
-          Libatkan keluarga dalam melatih anak berkomunikasi
-          Rujuk ke ahli terapi bicara
-          Ajarkan dan kaji makna non verbal
-          Latih dalam penggunaan bibir, mulut dan lidah
5.      Meningkatkan kebutuhan status nutrisi
-          Kaji pola makan anak
-          Timbang berat badan setiap hari
-          Berikan nutrisi yang adekuat dan makanan yang disukai, banyak mengandung protein, mineral dan vitamin
-          Berikan makanan ekstra yang mengandung banyak kalori
-          Bantu anak memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan kemampuannya
-          Bantu selama anak memenuhi kebutuhan; makan dan minum
6.      Mencegah terjadinya aspirasi
-          Lakukan suction segera bila ada secret
-          Berikan posisi tegak lurus atau setengah duduk saat makan dan minum
-          Kaji pola pernafasan
7.      Meningkatkan kebutuhan intelektual
-          Kaji tingkat pemahaman anak
-          Ajarkan dalam memahami percakapan dengan verbal atau  non verbal
-          Ajarkan menulis dengan menggunakan papan tulis atau alat lain dapat digunakan sesuai kemampuan orang tua dan anak
-          Ajarkan membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhannya
8.      Memenuhi kebutuhan sehari-hari
-          Kaji tingkat kemampuan anak dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
-          Bantu dalam pemenuhan kebutuhan; makan, minum, eliminasi, kebersihan perseorangan, mengenakan pakaian, dan aktivitas bermain
9.       Meningkatkan pengetahan dan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan perawatan anak
-          Kaji tingkst pengetahuan orang tua
-          Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak
-          Ajarkan orang tua dalam memenuhi kebutuhan perawatan anak
-          Ajarkan tentang kondisi yang dialami anak terkait dengan latihan terapi fisik dan kebutuhan
-          Tekankan bahwa orang tua atau keluarga mempunyai peranan penting dalam membantu pemenuhan kebutuhan.
-          Jelaskan pentingnya pemenuhan kebutuhan bermain dan sosialisasi pada orang lain
10.  Mencegah kerusakan integritas kulit
-          Kaji area yang terpasang alat penyokong
-          Gunakan lotion kulit utnuk mencegah kulit kering
-          Lakukan pemijatan pada area yang tertekan
-          Berikan posisi yang nyaman dan berikan support dengan bantal
Pastikan bahwa alat penyokong atau balutan tepat dan terfiksasi



K.    EVALUASI
Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan  sesuai dengan tahapan usia.




DARTAR PUSTAKA

            Yuliani Rita dan Suryadi. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta. CV Sagung Seto.

           




No comments:

Post a Comment