TENTANG PERAWATAN PRE DAN POST CORONARY ARTERI
BYPASS GRAFT ( CABG )
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Artery Bypass Graft (CABG) merupakan
salah satu penanganan intervensi dari penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan
cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan
atau penyumbatan (Feriyawati, 2005).
Coronary artery bypass grafting (CABG) merupakan tandur alih pintas arteri koroner (
Graf, H. Huon. 2005. Lecture Notes
Kardiologi. Jakarta: Erlangga ).
Coronary Artery Bypass Grafting,
atau Operasi CABG, adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian
tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi
pemasokan darah ke jantung. CABG bertujuan untuk membuat rute dan saluran baru
pada arteri yang terbendung sehingga oksigen dan nutrisi dapat mencapai otot jantung.
Yang
di maksud pra bedah adalah periode sejak di ambilnya keputusan bedah sampai
dengan pengiriman pasieen ke ruang bedah.
b.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Perawatan pasien pra dan
fost CABG?
2.
Apa
Tujuan Operasi Bedah Jantung ?
3.
Apa
saja Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi ?
4.
Apa
saja Diagnosis Penderita CABG ?
5.
Bagaimana
Perawatan Perioperative Dikamar Operasi ?
c.
Tujuan
Setelah pembuatan makalah ini perawat atau mahasiswa
mampu mengaplikasi teori tentang perawatan pada pasien dengan Post Operatif Coronary Artery Bypass Graft
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ETIOLOGI
Penyakit Jantung Koroner pada
mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah
jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai
proses seperti penimbunan jarinrangan ikat, perkapuran, pembekuan darah, yang
kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini
akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran
darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina
Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal
dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
Beberapa
faktor resiko terpenting penyakit jantung koroner :
ü Kadar kolesterol total dan LDL
tinggi.
ü Kadar kolesterol ADL rendah
ü Hipertensi
ü Merokok
ü Diabetes mellitus
ü Kegemukan
ü Riwayat penyakit jantung dalam
keluarga
ü Stress
B.
PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal terdapat
keseimbangan antara aliran darah arteri koronaria dengan kebutuhan miokard. Pada
CAD menunjukkan ketidakseimbangan antar aliran darah arterial dan kebutuhan
miokardium.
Keseimbangan ini dipengaruhi oleh :
·
Aliran
darah koroner
·
Kepekaan
miokardium terhadap iskhemik
·
Kadar
oksigen dalam darah
Aliran darah arterial yang berkurang
hampir selalu disebabkan oleh arteriosklerosis.
Arteriosklerosis menyebabkan
penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteria koronaria sehingga secara
progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka
resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah
miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan
diikuti perubahaan vaskuler yang mengurangi kemampuan pembuluh untuk
melebar.Dengan demikian keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
genting, membahayakan myokardium distal dan daerah lesi. Lesi yang
bermakna secara klinis, yang dapat
menyebabkan iskemi dan disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75 %
lumen pembuluh darah.
Langkah akhir proses patologis yang
menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara berikut :
1. Penyempitan lumen progresif akibat
pembesaran plak
2. Perdarahan pada plak ateroma
3. Pembentukan trombus yang diawali
agregrasi trombosit
4. Embolisasi trombus / fragmen plak
5. Spasme arteria koronaria
Lesi-lesi arteroskleosis biasanya
berkembang pada segmen epikardial proksimal dari arteria koronaria yaitu pada
temapat lengkungan yang tajam, percabangan atau perlekatan. Pada tahap lebih
lanjut lesi-lesi yang tersebar difus menjadi menonjol.
C.
MANIFESTASI KLINIK
a)
Sesak nafas mulai dengan nafas yang
terasa pendek sewaktu melakukan aktifitas yang cukup berat yang biasanya tak
menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah, sekalipun melakukan
aktifitas ringan
b)
Klaudikasio intermiten, suatu perasaan
nyeri dan keram di ekstremitas bawah, terjadi selama atau setelah olahraga peka
terhadap rasa dingin.
c)
Perubahan warna kulit
d)
Nyeri dada kiri seperti di tusuk-tusuk
atau di iris-iris menjalar ke lengan kiri
e)
Nyeri dada serupa dengan angina tetapi
lebih intensif dan lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun
pemberian nitrogliserin
f)
Dada rasa tertekan seperti di tindih
benda berat, rasa tercekik
g)
Rasa nyeri kadang di daerah epigastrium
dan bisa menjalar ke punggung
h)
Rasa nyeri hebat sekali sehingga
penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas.
D.
KOMPLIKASI
a) Pada Pre Operasi
·
Angina
(atau yang sesuai dengan angina)
·
Kecemasan
berat yang memerlukan obat antiolitik (pengurang kecemasan)
·
Henti
jantung
b)
Pada
Post Operasi
·
Komplikasi
jantung, yaitu gagal jantung kongesif, infark miokardium, henti jantung,
disritmia.
·
Komplikasi
paru, yaitu edema paru, emboli paru, efusi pleura, pneumo atau hematotoraks,
gagal napas, sindrom distress napas dewasa.
·
Perdarahan
·
Komplikasi
neurologis, yaitu cedera serebrovaskuler, emboli udara.
·
Nyeri
·
Gagal
ginjal, akut atau kronis
·
Ketidakseimbangan
elektrolit
·
Gagal
hati
·
Koagulopati
·
Infeksi,
sepsis
E.
PENATALAKSANAAN
1. Pre
Operasi
Tujuan utama mencakup :
1. Pengurangan ketakutan
2. Mempelajari mengenai prosedur pembedahan
3. Tidak adanya komplikasi
Persiapan
penderita Pre Operasi
a.
Persiapan Mental
Menyiapkan pasien secara mental siap
menjalani operasi, menghilangkan kegelisahan menghadapi operasi, yaitu melalui
cara wawancara dengan dokter bedah dan kardialog tentang indikasi operasi,
keuntungan operasi, komplikasi operasi dan resiko operasi. Diterangkan juga
hal-hal yang akan dialami atau akan dikerjakan dikamar operasi dan ICU maupun
alat yang akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi
dan kapan drain dicabut.
b.
Persiapan Medikal
·
Obat-obatan
a) Semua obat-obatan antikoagulan harus
dihentikan 1 minggu sebelum operasi ( minimal 3 hari sebelum operasi ).
b) Aspirin dan obat sejenis dihentikan
1 minggu sebelum operasi.
c) Digitalis dan diuretic dihentikan 1
hari sebelum operasi.
d) Antidiabetik diteruskan dan bila
perlu dikonversi dengan insulin injeksi selama operasi.
e) Obat-obatan jantung diteruskan
sampai hari operasi.
f) Antibiotika hanya diberikan untuk
propilaksis dan diberikan waktu induksi anestesi dikamar operasi, hanya
diperlukan test kulit sebelum operasi untuk mengetahui apakah ada alergi atau
tidak.
g) Laboratorium 1 hari sebelum operasi
antara lain :
h) Hematologi lengkap + hemostasis
i)
LFT
j)
Ureum,
creatinin
k) Gula darah
l)
Urine
lengkap
m) Enzime CK dan CKMB untuk CABG
n) Hb S Ag
o) Gas darah
Bila ada kelainan hemostasis atau
factor pembekuan harus diselidiki penyebabnya dan bila perlu operasi ditunda
sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut tidak akan menyebabkan perdarahan
pasca bedah.
c.
Persiapan Darah untuk Operasi
Permintaan darah ke PMI terdiri
dari:
Packad cell : 750 cc
Frash Frozen Plasma : 1000 cc
Trombosit : 3 unit
Permintaan darah ke PMI minimal 1
hari sebelum melakukan operasi.
d.
Mencari Infeksi Fokal
Dicari gigi berlobang atau
tonsillitis kronis dan dikonsultasikan ke bagian THT dan gigi. Kelainan kulit
seperti dermatitis dan furunkolosis atau bisul harus diobati terlebih dahulu
dan tidak dalam masa inkubasi atau infeksi penyakit menular.
e.
Fisioterapi Dada
Berguna untuk melatih dan
meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk mengajarkan bagaimana caranya
mengeluarkan sputum. Bila menderita asthma dan penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang
spirometri juga membantu untuk melihat kelainan yang dihadapi. Jika diperlukan,
konsultasikan ke dokter mengenai problem tersebut.
f.
Perawatan
sebelum operasi
Perawatan sebelum operasi ini
merupakan persiapan yang matang dari poliklinik maka perawatan sebelum operasi
dapat diperpendek misalnya 1-2 hari sebelum operasi. Bertujuan untuk mempersiapkan
mental pasien dan menghindari kebosanan di Rumah Sakit.
2. Post
Operasi
Tujuan utama meliputi restorasi
curah jantung, pertukaran gas yang adekuat, pemeliharaan keseimbangan cairan
dan elektrolit, berkurangnya gejala penginderaan yang berlebihan, penghilangan
nyeri, usaha untuk beristirahat, pemeliharaan perfusi jaringan yang memadai,
pemeliharaan perfusi ginjal yang memadai, pemeliharaan suhu tubuh normal,
mempelajari aktivitas perawatan diri dan tidak adanya komplikasi.
Perawatan ini dimulai pada saat
pasien di ruang ICU.
Perawatan
pada post Operasi meliputi:
Perawatan
di ICU
a. Monitoring Hermodinamik
Setiap pasien dianjurkan 1 perawat
yang bertanggungjawab menangani selama 24 jam. Pemantantauan yang dikerjakan
harus secara sistematis dan mudah:
-
CVP,
RAP, LAP
-
Denyut
Jantung
-
“Wedge
pressure” dan PAP
-
Tekanan
Darah
-
Curah
jantung
-
Obat-obatan
inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosis, rute dan
lain-lain.
-
Alat
lain seperti IABP, pach jantung untuk membantu.
b. EKG
Pemantauan ini harus dikerjakan dan
dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AV, VES,
blok atrioventrikel. Pencatatan EKGini harus lengkap minimal 1 kali sehari dan
tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar
jantung yang membahayakan.
c. Sistem Pernapasan
Biasanya pasien dari kamar operasi
masih belum sadar. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat:
-
Tube
dan ukuran yang dipakai, melalui mulut atau hidung
-
Tidak
volume dan minut volume, RR, Fi O 2, PEEP.
-
Dilihat
aspirat yang keluar dari bronchus atau tube, apakah lendirnya normal,
kehijauan, kental, atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru.
d. Sistem Neurologis
Kesadaran dilihat dari atau waktu
pasien mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedative pelumpuh obat.
Bila pasien mulai bangun maka disarankan untuk menggerakan ke 4 ekstremitasnya.
e. Sistem Ginjal
Dilihat produksi urin tiap jam dan
perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan lain-lain.
f. Gula Darah
Bila pasien diabet maka kadar gula
darah harus di kerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infuse
insulin.
g. Laboratorium
Setelah di ICU perlu diperiksa:
-
HB,
HT, trombosit
-
ACT
-
Analisa
gas darah
-
LFT/
Albumin
-
Ureum,
kretinin, gula darah
-
Enzim
CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner
h. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui
sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap waktu
biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi dikerjakan tiap ½
jam atau ¼ jam.
i.
Foto
Thoraks
Pemeriksaan ini segera setelah di
ICU untuk melihat ke CVP, kateter swan ganz. Bila jantung normal, penyapihan
terhadap respirator segera di mulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam
setelah pasca bedah.
j.
Fisioterapi
Harus segera dikerjakan termasuk
penderita dengan ventilator. Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk
mencegah retensi sputup (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
k. Perawatan setelah di ICU (di
ruangan)
Setelah keluar dari ICU maka
pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan. Pemeriksaan hematologi
rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan
CKMB. Hari berikutnya periksa dan lihat keadaanya antara lain:
-
Elektrolit
thrombosis
-
Ureum
-
Gula
darah
-
Thorak foto
-
EKG
12 lead
Hari ke 4 :
Lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto
thorak tegak.
Hari ke 6 : sampai 10 pemeriksaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Diberikan obat-obatan seperti
analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan
pasien. Obat-obatan lain seperti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus
sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk
mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai pasien pulang.
Pada perawatan luka, bila ada
tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkok pada luka apalagi dengan
tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehingga
nanah yang ada bisa keluar. Dan dikompres dengan antiseptik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
1)
Biodata pasien yang meliputi :
a. Identitas pasien
-
Nama
-
Umur
-
Jenis
Kelamin\
-
Agama
-
Status
perkawinan
-
Pendidikan
-
Pekerjaan
-
Tanggal
Masuk
-
No.
Register
-
Diagnosa medis
b. Penanggung jawab
-
Nama
-
Umur
-
Jenis
Kelamin
-
Pendidikan
-
Pekerjaan
-
Hubungan
dengan pasien
2)
Riwayat
Kesehatan
Pengkajian harus lengkap dan
didokumentasikan dengan baik karena merupakan landasan sebagai pembanding post
operasi. Melakukan anamnesa mengenai riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan lalu dan riwayat kesehatan keluarga. Serta mengamati simtomatologi
pasien tentang adanya nyeri dada, hipertensi, berdebar-debar, sianosis,
dispneu, nyeri tungkai, edema dan mengeksplorasi mengenai terapi obat-obatan,
penggunaan obat, alkohol dan tembakau.
3)
Pemeriksaan
fisik
v Pre
Operasi
Dilakukan pemeriksaan fisik lengkap
yang meliputi:
a. Keadaan umum dan tingkah laku
b. Tanda-tanda vital.
c. Status nutrisi dan cairan, berat dan
tinggi badan.
d. Inspeksi dan palpasi jantung,
menentukan titik impuls maksimal (PMI = Poit of Maximal Impulse), pulsasi abnormal, thrill.
e. Auskultasi jantung, mencatat
frekuensi nadi, irama, dan kualitasnya, snap, klik, murmur, friction rub
f. Tekanan vena jugularis.
g. Denyut nadi perifer.
h. Edema perifer.
v Post
Operasi
a. Status neurologi :
Tingkat
responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, reflex, gerakan
ekstremitas, dan kekuatan genggaman tangan.
b. Status jantung :
Frekuensi
dan irama jantung, CVP, curah jantung, tekanan arteri paru, PAWP, saturasi
oksigen arteri paru, drainase rongga dada, status serta fungsi pacu jantung.
c. Status respirasi :
Gerakan
dada, suara nafas, setting ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi
oksigen, mode)
d. Status pembuluh darah perifer :
Denyut
nadi perifer, warna kulit, dasar kuku, mukosa, bibir dan cuping telinga, suhu,
edema, kondisi balutan dan pipa invasive.
e. Fungsi ginjal :
Haluaran
urine, berat jenis urin dan osmolaritas
f. Status cairan dan elektrolit :
Intake dan
output, nilai laboratorium untuk kalium, natrium, calcium
g. Nyeri :
Sifat,
jenis, lokasi, durasi, respon terhadap analgesic. Pasien yang menjalani CABG
dengan arteri mamaria interna dapat mengalami parestesis sementara atau menetap
nervus ulnarispada sisi yang sama dengan graf yang diambil. Pasien yang
menjalani CABG dengan arteri gastroepiploik juga dapat mengalami ileus selama
beberapa waktu dan akan mengalami nyeri abdomen pada tempat insisi selain nyeri
dada.
4)
Pemeriksaan
Penunjang
v Pre
Operasi
-
Kateterisasi
Jantung
v Post
Operasi
-
Hemoglobin/
hematrokit
-
Pemeriksaan koagulasi
-
Elektrolit
-
GDA
-
Nadi
Oksimetri
-
BUN/
kreatinin
-
Amilase
-
Glukosa
-
Enzim
jantung/ isoenzim
-
Foto
dada
-
EKG
-
Angiografi
jantung
-
Pemeriksaan nuklir
2. DIAGNOSA KEPARAWATAN
v Pre
Operasi
a. Takut berhubungan dengan prosedur pembedahan , hasil
pembedahan yang belum jelas, dan takut akan kehilangan keadaan sehat.
b. Kurangnya pengetahuan mengenai
prosedur pembedahan dan perjalanan post operasi.
v Post
Operasi
Berdasarkan pada data pengkajian dan
jenis prosedur bedah yang dilakukan, diagnosis utama keperawatan mencakup
berikut:
1.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan gangguan fungsi
miokardium.
2.
Risiko
gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan
volume darah.
3.
Nyeri
berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi pleura akibat selang dada.
4.
Risiko
gangguan perfusi ginjal berhubungan dengan berkurangnya curah jantung,
hemolisis, atau terapi obat vasopresor.
5.
Risiko
terjadi hipertermia berhubungan dengan terjadinya infeksi atau sindrom panca
perikardium.
6.
Kurang
pengetahuan mengenai aktivitas asuhan diri.
3.
INTERVENSI DAN RASIONAL
v Pre
Operasi
Dx: Takut berhubungan dengan prosedur pembedahan, hasil pembedahan yang
belum jelas, dan takut akan kehilangan keadaan sehat
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
Mengurangi Ketakutan
|
1. Pasien dan keluarga diberi
kesempatan untuk mengekspresikan ketakutannya.
2. Diskusi ketakutan pasien
|
Dx: Kurangnya pengetahuan mengenai prosedur pembedahan dan perjalanan post
operasi.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
Penyuluhan pasien dan pertimbangan
perawatan dirumah
|
1. Penyuluhan didasarkan pada
kebutuhan yang telah dikaji
2. Menginformasikan mengenai
persiapan fisik
3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh pasien
|
v Post
Operasi
Dx: Penurunan curah jantung berhubungan dengan kehilangan darah dan
gangguan fungsi miokardium.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1. Pantau kasus kardiovaskuler,
pembacaan perkala tekanan darah arteri, etrium kiri, arteri pulmonalis,
tekanan baji arteri pulmonalis, tekanan vena sentral, curah jantung, tekanan
vaskuler sistemik dan pulmonal, irama frekuensi jantung dicatat dan
dihubungkan dengan kondisi pasien.
|
1. Efektivitas curah jantung
ditentukan oleh pemantauan hermodinamika.
|
2. Observasi adanya perdarahan
persisten drainase darah yang terus menerus dan menetap, hipotensi, CVP
rendah, takikardi, persiapkan pemberian produk darah, larutan intravena.
|
2. Perdarahan dapat terjadi akibat
insisi jantung, kerapuhan jaringan, trauma jaringan, gangguan pembekuan.
|
3. Observasi gagal jantung,
hipotensi, peninggian PAWP, PAD, CVP dan tekanan atrium kiri, takikardi, gelisah,
agitasi, sianosis, distensi vena, dispnu, asites. Persiapkan pemberian
diuretik dan digitalis.
|
3. Gagal jantung yang terjadi akibat
penurunan aksi pemompaan jantung dapat mengakibatkan berkurangnya perfusi
kejaringan organ.
|
4. Melalukan observasi adanya infark
miokardium. Lakukan pemeriksaan EKG dan isoenzim berkala. Membedakan nyeri
miokardium dengan bekas irisan bedah.
|
4. Gejala bisa ditutup oleh tingkat
kesadaran pasien dan obat anti nyeri
|
Dx: Risiko gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan gangguan volume darah.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1. Pertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit
|
1. Volume sirkulasi darah yang
adekuat penting untuk aktivitas seluler yang optimal, asidosis metabolic dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi setelah pemakaian pintasan jantung
paru.
|
2. Waspada terhadap perubahan kadar
elektrolit serum
|
2. Konsentrasi elektrolit tertentu
sangat penting baik dalam cairan tubuh intrasesuler dan ekstraseluler untuk
mempertahankan kehidupan.
|
Dx: Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi pleura akibat
selang dada
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1. Catat sifat, jenis, lokasi dan
durasi nyeri.
|
1. Nyeri dan kecemasan meningkatkan
kecepatan denyut, konsumsi oksigen dan beban kerja jantung.
|
2. Bantu pasien membedakan antara
nyeri bedah dengan nyeri angina
|
2. Nyeri angina memerlukan penanganan
segera
|
3. Anjurkan penggunaaan obat nyeri
rutin selama 24 jam sampai 72 jam pertama dan observasi efek samping letergi
hipotensi takikardi, depresi pernapasan
|
3. Analgesik akan memperbaiki
istirahat, mengurangi konsumsi oksigen akibat nyeri, dan membantu pasien
melakukan latihan tarik napas dalam dan batuk efektif
|
Dx: Risiko gangguan perfusi ginjal berhubungan dengan berkurangnya curah
jantung, hemolisis, atau terapi obat vasopresor.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1. Lakukan pengkajian fungsi ginjal
|
1. Cedera ginjal dapat disebabkan
oleh berkurangnya perfusi, hemolisis, curah jantung rendah, dan penggunaan
bahan vasopresor untuk meningkatkan tekanan darah.
|
2. Persiapkan pemberian diuretic
kerja cepat atau obat inotropika
|
2. Memperbaiki fungsi ginjal dan
peningkatan curah jantung dan aliran darah ginjal
|
3. Persiapkan dealisis peritoneal
atau homodialisis bila ada indikasi
|
Dx: Risiko terjadi hipertermia berhubungan dengan terjadinya infeksi atau
sindrom panca perikardium.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1. Lakukan pengkajian suhu setiap jam
|
1. Demam dapat menunjukan adanya proses
infeksi atau adanya sindrom pasca perikardiotomi
|
2. Gunakan tehnik steril saat
mengganti balutan, hisap selang endotrakeal, jaga system tertutup untuk semua
jalur intravena dan intraarterial dan untuk kateter urine.
|
2. Menurunkan kemungkinan terjadinya
infeksi
|
3. Observasi adanya gejala sindrom
pasca perikardiotomi, demam, malese, efusi pericardium, friction-rub
perikardial, nyeri sendi
|
3. Terjadi pada 10% sampai 40% pasien
setelah bedah jantung
|
4. Berikan bahan anti radang sesuai
petunjuk
|
4. Hilangnya gejala peradangan
|
Dx: Kurang pengetahuan mengenai aktivitas asuhan diri.
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
1. Kembangkan rencana penyuluhan
untuk pasien dan keluarganya
|
1. Tiap pasien mempunyai kebutuhan
belajar yang unik
|
2. Berikan beberapa kali pertemuan
pengajaran untuk penekanan dan menjawab pertanyaan
|
2. Pengulangan akan menguatkan dengan
memungkinkan penjelasan kesalahan informasi.
|
3. Libatkan keluarga pada semua
pertemuan penyuluhan
|
3. Anggota keluarga yang bertanggung
jawab akan perawatan di rumah biasanya cemas dan memerlukan waktu yang cukup
untuk mempelajari
|
4. Memberikan informasi mengenai
hubungan telepon follow up dengan ahli bedah atau kardiologis dan perawat
pengawas resmi dan buat rujukan bila perlu
|
4. Pengaturan hubungan telepon dengan
personil asuhan kesehatan dapat membantu mengurangi kecemasan
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Artery Bypass Graft (CABG) merupakan
salah satu penanganan intervensi dari penyakit Jantung Koroner (PJK), dengan
cara membuat saluran baru melewati arteri koroner yang mengalami penyempitan
atau penyumbatan (Feriyawati, 2005).
Coronary
artery bypass grafting (CABG) merupakan tandur alih pintas arteri koroner (
Graf, H. Huon. 2005. Lecture Notes
Kardiologi. Jakarta: Erlangga ).
Coronary Artery Bypass Grafting,
atau Operasi CABG, adalah teknik yang menggunakan pembuluh darah dari bagian
tubuh yang lain untuk memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi
pemasokan darah ke jantung. CABG bertujuan untuk membuat rute dan saluran baru
pada arteri yang terbendung sehingga oksigen dan nutrisi dapat mencapai otot
jantung.
Yang
di maksud pra bedah adalah periode sejak di ambilnya keputusan bedah sampai
dengan pengiriman pasieen ke ruang bedah.
Perawatan setelah di ICU (di
ruangan)
Setelah keluar dari ICU maka
pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan. Pemeriksaan
hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT,
Enzim CK dan CKMB. Hari berikutnya periksa dan lihat keadaanya antara lain:
-
Elektrolit
thrombosis
-
Ureum
-
Gula
darah
-
Thorak foto
-
EKG
12 lead
Hari ke 4 :
Lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto
thorak tegak.
Hari ke 6 : sampai 10 pemeriksaan atas indikasi, misalnya thrombosis.
Diberikan obat-obatan seperti
analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan
pasien. Obat-obatan lain seperti hipertensi, anti diabet, dan vitamin harus
sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk
mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai pasien pulang.
Pada perawatan luka, bila ada
tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkok pada luka apalagi dengan
tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka jahitannya sehingga
nanah yang ada bisa keluar. Dan dikompres dengan antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Smeltzer, SC & Bare, BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta. EGC
Ruhyanudin, Faqih.2007.Asuhan Keperawatan pada klien dangan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta:Salemba Medika
Graf,
H. Huon. 2005. Lecture Notes Kardiologi.
Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment