Saturday, November 14, 2015

ASUHAN KEPERAWATAN Pada Anak dengan Leukimia



ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Anak dengan Leukimia



BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009)

B. RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah proses terjadinya leukimia pada anak?
2.      Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada anak dengan leukimia

C. TUJUAN PENYUSUNAN
Tujuan penyususnan makalah ini agar mahasiswa mampu:
1. Memahami proses terjadinya leukimia pada anak
2. Memahami proses asuhan keperawatan  pada anak dengan leukimia




BAB II
KONSEP DASAR
A.  DEFINISI
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentukan darah atau kanker jaringan yang menghasilkan leukosit. Leukosit yang imatur  atau abnormal dalam jumlah berlebihan tersebut menyusup ke berbagai organ tubuh. (Suriadi & yuliani: 2010)

B. PATOFISIOLOGI
1.      Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemi dan trombositopenia.
2.      Sistem retikulo endotelia akan berpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
3.      Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
4.      Adanya infiltrasi pada ekstramedular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, dan modus limfe dan nyeri persendian.
·         Komplikasi
1.      sepsis
2.      perdarahan
3.      gagal organ
4.      iron deficiency anemia (IDA)
5.      kematian
(Suriadi & yuliani :2010)


C. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti yang belum diketahui akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu:
1. Faktor genetif
     Virus tertentu menyebabkan perubahan struktur gen (T-Sel leukimia limpoma virus atau HTLB). Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D. (Suriadi & yuliani: 2010)
2. Radiasi
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA (Leukemia Mielositik Akut) dan LGK (Leukemia Mielositik Kronik) jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. (Suriadi & yuliani: 2010)
3.    Obat-obat imunosupresif, obat-obat karsinogenik seperti diethilstilbestror dan benzena
Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia. (Suriadi & yuliani : 2010)
4. Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
(Best & swoden : 2005)

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya :
1.        Pilek tidak selalu sembuh-sembuh
2.        Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3.        Demam dan anoreksia, berat badan menurun
4.        Ptechiae, memar tanpa sebab
5.        Nyeri pada tulang dan persendian serta nyeri abdomen
6.        Limpadenopati
7.        Hepatosplenomegali (Suriadi & yuliani : 2010)
a.       Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
b.      Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
c.     Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d.      Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi. (Best & swoden : 2005)

E. PEMERIKASAAN DIAGNOSTIK
1.    Pemeriksaan darah lengkap (CBC) : anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik; jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak (Best & swoden : 2005)
2.    Aspirasi sumsum tulang (bmp): hiperseluler terutama banyak sel muda.
Jika ditemukannya 25% sel blas akan memperkuat diagnosis (Rita & suriadi : 2010)
3.      Lumbal punksi untuk mengetahui apakah syaraf pusat terinfiltrasi (Rita & suriadi : 2010)
4.    Hitung trombosit untuk menunjukan kapasitas pembekuan (Best & swoden : 2005)
                                                                                                             
F. PENATALAKSANAAN
·         Penatalaksanaan terapeutik
1. Pelaksanaan kemoterapi
Terdapat 3 fase pelaksanaan kemoterapi:
1)        fase induksi: dimulai 4 sampai 6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vrincristin, dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan sel-sel darah muda kurang dari 5%.
2)        fase profilaksis: sistem syaraf pusat: pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydocortison melaui intratekal untuk mencegah inflasi sel leukimia ke otak. Terapi iradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukimia yang mengalami gangguan sistem syaraf pusat.
3)        konsolidasi: pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel leukimia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala mingguan atau bulanan dilakukan pemerikasaan darah lengkap untuk emniai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang langkah pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
c.   Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d.    Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi. (Suriadi & yuliani : 2010)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

  1. PENGKAJIAN
1.      Riwayat penyakit
2.      Kaji tanda-tanda anemi, pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat
3.      Kaji adanya tanda leukopenia: demam, infeksi.
4.      Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia: ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa; kaji adanya inflasi intra medula; limfanenopati; hepatomegali, splenomegali.
5.      Kaji adanya pembesaran testis, hepmaturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekitar rectal, dan nyeri. (Suriadi & yuliani : 2010)

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.      Resiko cedera : perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, malise, mual dan muntah, efek samping terapi
4.      Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukimia (Suriadi & yuliani : 2010)

  1. PERENCANAAN
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
1
Resiko infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh
NOC :
·      Immune status
·      Knowledge : infection control
·      Risk control
Kriteria hasil :
·      Anak (klien)  bebas dari tanda dan gejala infeksi
·      Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya
·      Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
·      Jumlah leuosit dalam jumlah normal
·      Menunjukan perilaku hidup sehat
NIC
Infection control
·      Tempatkan anak dalam ruangan khusus untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
·      Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan yang baik
·      Gunakan teknik aseptik untuk seluruh prosedur invasif
·      Monitor tanda vital anak
·      Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, masalah gigi.

Infection Protection
·      Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
·      Monitor hitung granulosit, WBC
·      Monitor kerentanan terhadap infeksi
·      Batasi pengunjung
2.
Resiko cedera: perdarahan  b.d penurunan jumlah leukosit
NOC
Risk control
Kriteria hasil :
·  Klien terbebas dari cedera
·  Klien mampu menjelaskan cara mencegah cedera
·  Klien mampu menjelaskan factor resiko dari limgkungan atau perilaku personal
·   Mampu meodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
·  Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC
Environment Management
·      Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
·      Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai kondisi fisik
·      Menghindarkan linmgkungan yang berbahaya
·      Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
·      Memberikan penerangan yang cukup
·      Menganjurkan keluarga untuk menemani klien
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d  anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping terapi.
NOC
·   Nutritional status : food and fluid intake
Kriteria hasil :
·   Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
·   Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
·   Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
·   Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
·   Tidak terjadi penurunan berat badan
NIC
Nutrition Management
·      Kaji adanya alergi makanan
·      Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gisi )
·      Anjurkan klien untuk meningkatkan in take fe
·      Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
·      Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
·      Berikan informasi tentang kebutuhan nurisi

Nutrition Monitoring
·      BB dalam batas normal
·      Monitor adanya penurunan berat badan
·      Monitor lingkungan selera makan
·      Monitor turgor kulit
·      Monitor mual dan muntah
·      Monior kalori dan in take nutrisi
4.
Nyeri b.d efek fisiologis dari leukimia
NOC
·  Pain level
·  Pain control
·  Comfort level
Kriteria hasil :
·  Mampu mengontrol nyeri
·  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·  Mampu mengenali nyeri
·  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC
Pain management
·      Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
·      Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
·      Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
·      Pilih penanganan nyeri baik farmakologi maupun non farmakologi
·      Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
·      Tingkatkan istirahat

Analgesic administration
·      Tentukan lokasi, karakteristik,dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
·      Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
·      Cek riwayat alergi
·      Pilih analgesik tergantung tipe dan berat nyeri
·      Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
(Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan  NANDA NIC-NOC 2012)

  1. EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
1.    Tidak ada tanda-tanda infeksi pada anak
2.    Resiko cedera dapat diminimalkan
3.    Nutrisi anak seimbang (tidak ada penurunan berat badan)
4.    Nyeri teratasi



BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal. Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.
Pemeriksaan penunjang antara lain : Pemeriksaan darah lengkap (CBC) : anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki prognosis paling baik; jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak. Aspirasi sumsum tulang (bmp): hiperseluler terutama banyak sel muda (Jika ditemukannya 25% sel blas akan memperkuat diagnosis),L umbal punksi untuk mengetahui apakah syaraf pusat terinfiltrasi, Hitung trombosit untuk menunjukan kapasitas pembekuan.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul antara lain :
1.      Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.      Resiko cedera : perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, malise, mual dan muntah, efek samping terapi
4.      Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukimia
Intervensi dilakukan untuk mecapai evaluasi seperti berikut :
1.        Tidak ada tanda-tanda infeksi pada anak
2.        Resiko cedera dapat diminimalkan
3.        Nutrisi anak seimbang (tidak ada penurunan berat badan)
4.        Nyeri teratasi






DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan  NANDA NIC-NOC 2012
Cecyl Lynn Best,A swoden. 2005. Keperawatan pediatri. Ed 5. Jakarta : EGC
Rita, Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: CV SAGUNG SETO

1 comment: