ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat,
2006: 123). Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk
terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropics
pernah mengalami letusan DBD. Kurang lebih 500.000 kasus setiap tahun dirawat
di rumah sakit dan riuan orang meninggal. Pada tahun 1953, Quaintos dkk
melaporkan kasus DBD di Filifina, kemudian disusul negara lain seperti Thailand
dan Vietnam.
Kasus DB pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan
Surabaya). Pada tahun-tahun selanjutnya DB cenderung meningkat. (Mekadiana,
2007). Kasus DB di Indonesia sampai dengan tahun 2007, telah mencapai 19.031
kasus, diantaranya 336 penderitanya meninggal dunia. Morbiditas dan mortalitas
DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imun,
kondisi vector nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus, dan kondisi
geografi setempat. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan angka kejadian
berdasarkan jenis kelamin penderita, tetapi kematian akibat penyakit ini lebih
banyak terjadi pada anak-anak. Pada bulan Januari 2009, penderita DHF di Jawa
Tengah sebanyak 1706 orang. Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota
di Jawa tengah sampai pertengahan 2009 sebanyak 2767 orang, 73 diantaranya
meninggal.
Sebagian
pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Syndrome (DSS)
yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami devisit
volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga
darah menuju luar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35 % pasien DHF yang
terlambat ditangani di rumah sakit mengalami syok hipovolemik hingga meninggal.
Saat ini angka kejadian DHF di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada
kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu, diharapkan
perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan DHF di rumah sakit. Ketrampilan yang sangat
dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda syok (Dengue
Syok Sindrome) dan kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami DSS.
B.
TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Agar
mahasiswa mengetahui tentang bagaimana penyakit DHF dan dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh dalam praktek keperawatan baik di Rumah sakit
ataupun dilingkungan luar Rumah sakit .
2. Tujuan
Khusus
Agar
mahasiswa :
a. Mengetahui
pengertian, penyebab, tanda dan gejala
yang muncul pada klien dengan DHF.
b. Mengetahui
tentang cara penatalaksanaan klien dengan DHF.
c. Mampu
melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan DHF.
d. Mampu
menetapkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah pada klien dengan DHF.
e. Mampu
menyusun intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada.
f. Mampu
melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
g. Mampu
melakukan dokumentasi keperawatan pada klien dengan DHF secara baik dan benar.
BAB II
KONSEP DASAR
A.
DEFINISI
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aides aegypti.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri
demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada
anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi,
yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama ( www. ppni-klaten.com )
Demam dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan
virus dengue yang disebarkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti yang
terinfeksi dengan virus dengue tersebut. (Riyadi Sujono dan
suharsono . 2010 )
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aedypti. (Suriadi dan Rita Yuliani, edisi 2, 2010)
B.
PATOFISIOLOGI
-
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aides aegipty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody
dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
system complement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, 2
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
-
Terjadinya trombositopeni, menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII,
IX, X, dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat,
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
-
Yang menentukan beratnya penyakit adalah
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya
hipotensi, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Rennjatan terjadi secara
akut.
-
Nilai hematokrit meningkat bersama
dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan
hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa
terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic, kematian.
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
-
Derajat
I:
1. demam
disertai dengan gejala klinis lain atau perdarahan spontan,
2. uji
tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
-
Derajat II:
derajat 1 disertai
perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain seperti epistaksis,
hematomesis, melena ( muntah darah ), perdarahan gusi .
-
Derajat III:
Kegagalan sirkulasi:
nadi cepat dan lemah (<120x/menit ), hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah, gejala - gejala kegagalan perdarahan otak .
-
Derajat IV:
Renjatan berat, denyut nadi tidak
teraba dan tekanan darah tidak teratur, akral
dingin, berkeringat, kulit tampak biru
C.
ETIOLOGI
Virus
dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses ) artinya virus yang
ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti ( betina ) .Infeksi
yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama
demam,nyeri otot/sendi.
Virus
dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan DEN-3
serotype terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody
terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut . Seorang yang
tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotype selama
hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di
Indonesia ( sujono, 2010 )
D.
MANIFESTASI
KLINIS
1.
Demam tinggi selama 5-7 hari
2.
Perdarahan terutama perdarahan bawah
kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
3.
Epistaksis, hematemesis, melena,
hematuria
4.
Trombositopenia <100.000/ul
5.
Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare,
konstipasi
6.
Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu
hati
7.
Sakit kepala
8.
Pembengkakan sekitar mata
9.
Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah
bening
10. Tanda
– tanda renjatan ( sianosis,kulit lembab dan dingin ,tekanan darah
menurun,gelisah, capillary refill lebih dari dua detik .
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah
lengkap :
-
hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat
20 % / lebih ),
-
Trombositopenia 100.000/mmᶾ atau kurang
.
-
Hemoglobin
meningkat lebih dari 20%.
- Lekosit
menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.
-
Masa perdarahan memanjang.
- Protein
rendah (hipoproteinemia)
- Natrium
rendah (hiponatremia)
- SGOT/SGPT
bisa meningkat
- Astrup
: Asidosis metabolic
2. Serologi : uji HI (
hemoaglutination inhibition test )
3. Rontgen
thoraks : Efusi pleura
4. Urine :
Kadar albumin urine positif (albuminuria)
F. KOMPLIKASI
-
Perdarahan
luas
- Syok
(rejatan)
- Pleural
Effusion
- Penurunan
kesadaran
G.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan
Terapeutik
a. Minum
banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh ,gula, atau susu dan diberi makanan lunak
b. Antipireutik
jika terdapat demam
c. Antikonvulsan
jika terdapat kejang
d. Memberikan
cairan melalui infuse, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan
nilai hematokrit cenderung meningkat .
e. Tirah
baring
2. Pada
pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a.
Pemasangan infuse RL/Asering dan
dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi
b.
Observasi keadaan umum (Tanda – tanda
Vital ) tiap 3 jam jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat
tiap jam.
H.
PENGKAJIAN
-
Kaji riwayat keperawatan
-
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda
– tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot
dan sendi, tanda – tanda renjatan ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi,
kulit dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan
kesadaran) , secara bertahap
meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya .
I.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Defisit
volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ,
perdarahan, muntah, dan demam
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, tidak ada
nafsu makan .
3. Hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi virus .
4. Nyeri Akut
b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
5. Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan .
6. Resiko
syok ( hipovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
7. Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, nyeri, hipoventilasi .
J.
RENCANA
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Defisit volume cairan berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
|
NOC
:
v Fluid
balance
v Hydration
v Nutritional
Status : Food and fluid Intake
Kriteria
Hasil :
v Mempertahankan
urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine normal,HT normal
v Tekanan
darah,nadi dan suhu tubuh dalam batas normal
v Tidak
ada tanda dehidrasi,Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab,tidak ada rasa haus berlebihan .
|
NIC
:
Fluid
management
v Timbang
popok/pembalut jika diperlukan
v Pertahankan
catatan intake dan output yang akurat
v Monitor
status hidrasi ( kelembaban membrane
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ) ; jika diperlukan
v Monitor
hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan ( BUN, Hmt, osmolalitas urine )
v Monitor
vital sign
v Monitor
masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian .
v Kolaborasi
pemberian cairan IV
v Monitor
status nutrisi
v Berikan
cairan
v Berikan
Diuretik sesuai interuksi
v Berikan
cairan IV pada suhu ruangan
v Dorong
masukan oral
v Berikan
penggantian nasogatrik sesuai output
v Dorong
keluarga untuk membantu pasien makan .
v Tawarkan
snack ( jus buah , buah segar )
v Kolaborasikan
dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
v Atur
kemungkinan transfuse
v Persiapan
untuk transfusi
|
2.
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, tidak ada nafsu makan .
|
NOC
:
v Nutrisional
status : Food and Fluid Intake
v Nutrisional
status : nutrient intake
v Weight
control
Kriteria
Hasil :
v Adanya
peningkatan berat badan sesuai tujuan
v Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan
v Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v Tidak
ada tanda tanda malnutrisi
v Menunjukkan
peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
v
Idak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
|
NIC
:
v Kaji
adanya alergi makanan
v Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
v Anjurkan
pasien untuk meningkatkan intake Fe
v Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
v Berikan
subsasi gula
v Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
v Berikan
makanan yang terpilih ( sudah dikonsltasikan dengan ahli gizi )
v Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
v Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
v Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
v Kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan .
Nutrition Monitoring
v BB
pasien dalam batas normal
v Monitoring
adanya penurunan berat badan
v Monitoring
tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
v Monitoring
interaksi anak dan orangtua selama makan
v Monitor
lingkungan selama makan
v Jadwalkan
pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
v Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
v Monitor
turgor kulit
v Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
v Monitor
mual dan muntah
v Monitor
kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
v Monitor
makanan kesukaan
v Monitor
pertumbuhan dan perkembangan
v Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
v Monitor
kalori dan intake nutrisi
v Catat
adanya edema,hiperemik,hipertonik,papilla lidah dan cavitas oral
v Catat
jika lidah berwarna magenta ,scarlet
|
3.
|
Hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi virus
|
NOC
:
Thermoregulasi
Kriteria
Hasil :
v Suhu
tubuh dalam rentang normal
v Nadi
dan RR dalam rentang normal
v Tidak
ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
|
NIC
:
Fever
Treatment
v Monitor
suhu sesering mungkin
v Monitor
IWL
v Monitor
warna dan suhu kulit
v Monitor
tekanan darah, Nadi dan RR
v Monitor
penurunan tingkat kesadaran
v Monitor WBC, Hb dan Hct
v Monitor
intake dan output
v Berikan
antipireutik
v Berikan
pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
v Selimuti
pasien
v Lakukan
Tapid sponge
v Kolaborasi
pemberian cairan intravena
v Kompres
pasien pada lipat paha dan aksila
v Tingkatkan
sirkulasi udara
v Berikan
pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperatur
regulation
v Monitor
suhu tiap 2 jam
v Rencanakan
monitoring suhu secara kontinyu
v Monitor
TD,nadi dan RR
v Monitor
warna dan suhu kulit
v Monitor
tanda hipotermi dan hipertermi
v Tingkatkan
intake cairan dan nutrisi
v Selimuti
pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
v Ajarkan
pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
v Diskusikan
tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari
kedinginan
v Beritahukan
tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang
diperlukan
v Berikan
Antipireutik jika perlu
Vital
sign Monitoring
v Monitor
tekanan darah,nadi , suhu dan respirasi
v Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
v Monitor
VS saat pasien berbaring,duduk atau berdiri
v Auskultasi
tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
v Monitor
tekanan darah,nadi,respirasi sebelum,selama,dan setelah aktivitas .
v Monitor
kualitas dari nadi
v Monitor
frekuensi dan irama pernafasan
v Monitor
suara paru
v Monitor
pola pernafasan abnormal
v Monitor
suhu, warna dan kelembaban kulit
v Monitor
sianosis perifer
v Monitor
adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
v Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign
|
4.
|
Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik
(DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
|
NOC
:
v Pain
level
v Pain
control
v Comfort
level
Kriteria
Hasil :
v Mampu
mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
v Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri .
v Mampu
mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri )
v Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v Tanda
vital dalam rentang normal
|
NIC
:
Pain
Management
v Lakukan
pengkajian nyeri secara komperehensif termasuk lokasi, karakteristik
,durasi,frekuensi,kualitas termasuk lokasi, karakteristik dan faktor
presipitasi
v Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
v Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
v Kaji
kultur yang mempengaruhi respon nyeri
v Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau
v Evaluasi
bersama pasien dan timkesehatan yang lain tentang ketidakefektifan control
nyeri masa lampau
v Bantu
pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
v Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
v Kurangi
faktor presipitasi nyeri
v Pilih
dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi, nonfarmakologi dan interpersonal
)
v Kaji
tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
v Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
v Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
v Evaluasi
keefektifan control nyeri
v Tingkatkan
istirahat
v Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
v Monitor
penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgetic
Administration
v Tentukan
lokasi,karakteristik,kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
v Cek
intruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi
v Cek
riwayat alergi
v Pilih
analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian
lebih dari satu
v Tentukan
pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri
v Tentukan
analgetik pilihan,rute pemberian,dan dosis yang optimal
v Pilih
rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
v Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali
v Berikan
analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
v Evaluasi
efektifitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping )
|
5.
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan perdarahan .
|
NOC
:
v Circulation
status
v Tissue
perfusion : cerebral
Kriteria
Hasil :
Mendemonstrasikan
status sirkulasi yang ditandai dengan :
v Tekanan
systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
v Tidak
adata ortostatik hipertensi
v Tidak
ada tandai – tanda peningkatan tekanan intracranial ( tidak lebih dari 15
mmHg )
Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
v Berkomunikasi
dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
v Menunjukkan
perhatian,konsentrasi, dan orientasi
v Memproses
informasi
v Membuat
keputusan dengan benar
Menunjukkan
fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak
ada gerakan-gerakan involunter ,
|
NIC
:
Peripheral
Sensation Management ( Management sensasi perifer )
v Monitor
daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
v Monitor
adanya paretes
v Intruksikan
keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
v Gunakan
sarung tangan untuk proteksi
v Batasi
gerakan pada kepala,leher dan punggung
v Monitor
kemampuan BAB
v Kolaborasi
pemberian analgetik
v Monitor
adanya tromboplebitis
v Diskusikan
mengenai penyebab perubahan sensasi
|
6
|
Resiko syok ( hipovolemik )
berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler
|
NOC
v Syok
prevention
v Syok
management
Kriteria
Hasil :
v Nadi
dalam batas yang diharapkan
v Irama
jantung dalam batas yang diharapkan
v Frekuensi
nafas dalam batas yang diharapkan
v Natrium
serum dbn
v Kalium
serum dbn
v Klorida
serum dbn
v Kalsium
serum dbn Magenesium serum dbn
v PH
darah serum dbn
Hidrasi
Indikator
v Mata
cekung tidak ditemukan
v Demam
tidak ditemukan
v TD
dbn
v Hematokrit
dbn
|
NIC
:
Syok
prevention
v Monitor
status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR, dan ritme,
nadi perifer, dan kapiler refill
v Monitor
tanda inadekuat oksigenasi jaringan
v Monitor
suhu dan pernafasan
v Monitor
input dan output
v Pantau
nilai laboratorium : HB,HT,AGD dan elektrolit
v Monitor
hemodinamik invasi yang sesuai
v Monitor
tanda dan gejala asites
v Monitor
tanda awal syok
v Tempatkan
pasien pada posisi supine,kaki elevasi untuk peningkatan preload dengan tepat
v Lihat
dan pelihara kepatenan jalan nafas
v Berikan
cairan iv dan atau oral yang tepat
v Berikan
vasodilator yang tepat
v Ajarkan
keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
v Ajarkan
keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok
Syok
management
v Monitor
fungsi neurologis
v Monitor
fungsi renal ( e.g. BUN dan Cr lavel )
v Monitor
tekanan nadi
v Monitor
status cairan,input output
v Catat
gas darah arteri dan oksigen dijaringan
v Memonitor
gejala gagal pernafasan ( misalnya,rendah PaO₂ peningkatan PaO₂
tingkat,kelelahan otot pernafasan)
|
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria
Hasil
|
Intervensi
|
7.
|
Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan,
nyeri, hipoventilasi .
|
NOC
v Respiratory
status : Ventilation
v Respiratory
status : Airway patency
v Vitalsign
status
Kriteria
Hasil :
v Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (
mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips
)
v Menunjukkan
jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik , irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal )
v Tanda-tanda
vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi, pernafasan )
|
NIC
Airway
Management
v Buka
jalan nafas, gunakan tehnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
v Posisikan
pasiem untuk memaksimalkan ventilasi
v Identifikasi
pasien perlunya
v Pemasangan
alat jalan nafas buatan
v Pasang
mayo bila perlu
v Lakukan
fisioterapi dada jika perlu
v Keluarkan
secret dengan batuk atau suction
v Auskultasi
suara nafas, catat adanya suara tambahan
v Lakukan
suction pada mayo
v Berikan
bronkodilator jika perlu
v Berikan
pelembab udara kassa basah NaCl lembab
v Atur
intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
v Monitor
respirasi dan status O₂
Oxygen therapy
v Bersihkan
mulut,hidung dan secret trakea
v Pertahankan
jalan nafas yang paten
v Atur
peralatan oksegenasi
v Monitor
aliran oksigen
v Pertahankan
posisi pasien
v Observasi
adanya tanda-tanda hipoventilasi
v Monitor
adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
v Vital
sign monitoring
v Monitor
TD, nadi, suhu, dan RR
v Catat
adanya fluktuasi tekanan darah
v Monitor
VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
v Auskultasi
TD pada kedu lengan dan bandingkan
v Monitor
TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
v Monitor
kualitas dari nadi
v Monitor
frekuensi dan irama pernafasan
v Monitor
suara paru
v Monitor
pola pernafasan abnormal
v Monitor
suhu, warna, dan kelembaban kulit
v Monitor
sianosis perifer
v Monitor
adanya cushing triad ( tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik )
v Identifikasi
penyebab dari perubahan vitalsign
|
K.
EVALUASI
Evaluasi
merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
obyektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan,
apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan
keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah
baru.
Evaluasi pada pasien DHF sesuai
berikut :
1. Suhu tubuh pasien normal ( 36 - 37⁰c ) pasien bebas dari demam .
2. Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri
berkurang .
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi,
pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan .
4. Keseimbangan cairan akan tetap
terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi .
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Demam
berdarah dengue adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aides aegypte. Diagnosis DHF ditegakkan bila semua
manifestasi klinis dipenuhi yaitu demam 5-7 hari, manifestasi perdarahan ( uji
tornikuet positif, petekie,ekimosis atau purpura,perdarahan mukosa, perdarahan
saluran cerna, perdarahan tempat bekas suntikan, hematemesis atau melena),
trombositopenia < 100.000 /ul, kebocoran plasma dan tanda-tanda kebocoran
plasma . Penatalaksanaan pada kasus DHF yang dapat dilakukan dengan
penatalaksanaan yaitu : minum banyak dan makanan lunak, antipireutik,
antikonvulsan, pemberian cairan infuse,
tirah baring dan Observasi keadaan umum ( tanda – tanda vital )
B. SARAN
1. Memanfaatkan perubahan keadaan
nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada
saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan
dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan
kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di
pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah
penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di
semua daerah berpotensi penularan
5. Prinsip 3 M
- Menguras bak mandi, tempayan dan
tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya
7 – 10 hari).
- Menutup tempat penampungan air
rapat-rapat.
- Membersihkan halaman rumah dari
kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
Diperlukan
tindakan yang bersifat preventif melalui pemakaian kasa dan menghindari
kebiasaan mengantung pakaian yang biasanya dijadikan sebagai tempat
peristirahatan nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif Huda Amin dan Kusuma
Hardhi, 2013. aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Media Action publishing :
yogyakarta .
Hidayat,
Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak jilid 2. Salemba Medika : Jakarta
Nasrul,
Effendi. 1995. Pengantar Proses
Keperawatan. EGC : Jakarta
Noer,
Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Suriadi
& Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan
pada Anak. Sagung Seto : Jakarta
Riyadi, Sujono dan suharsono .
2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit
. Yogyakarta : Gosyen publishing .
Suriadi, yuliani . 2010 . Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta :
CV sagung seto .
No comments:
Post a Comment