Saturday, November 14, 2015

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)



ASUHAN KEPERAWATAN
DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)




BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2006: 123). Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk terkena infeksi virus Dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropics pernah mengalami letusan DBD. Kurang lebih 500.000 kasus setiap tahun dirawat di rumah sakit dan riuan orang meninggal. Pada tahun 1953, Quaintos dkk melaporkan kasus DBD di Filifina, kemudian disusul negara lain seperti Thailand dan Vietnam.
Kasus DB pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan Surabaya). Pada tahun-tahun selanjutnya DB cenderung meningkat. (Mekadiana, 2007). Kasus DB di Indonesia sampai dengan tahun 2007, telah mencapai 19.031 kasus, diantaranya 336 penderitanya meninggal dunia. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imun, kondisi vector nyamuk, transmisi virus dengue, virulensi virus, dan kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan angka kejadian berdasarkan jenis kelamin penderita, tetapi kematian akibat penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Pada bulan Januari 2009, penderita DHF di Jawa Tengah sebanyak 1706 orang. Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota di Jawa tengah sampai pertengahan 2009 sebanyak 2767 orang, 73 diantaranya meninggal.
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok Syndrome (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien mengalami devisit volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga darah menuju luar pembuluh. Sebagai akibatnya hampir 35 % pasien DHF yang terlambat ditangani di rumah sakit mengalami syok hipovolemik hingga meninggal. Saat ini angka kejadian DHF di rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu, diharapkan perawat memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang cukup dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di rumah sakit. Ketrampilan yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda syok (Dengue Syok Sindrome) dan kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami DSS.

B.        TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui tentang bagaimana penyakit DHF dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam praktek keperawatan baik di Rumah sakit ataupun dilingkungan luar Rumah sakit .

2.      Tujuan Khusus
Agar mahasiswa  :
a.       Mengetahui pengertian, penyebab, tanda dan gejala  yang muncul pada klien dengan DHF.
b.      Mengetahui tentang cara penatalaksanaan klien dengan DHF.
c.       Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan DHF.
d.      Mampu menetapkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas masalah pada klien dengan DHF.
e.       Mampu menyusun intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang ada.
f.       Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
g.      Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada klien dengan DHF secara baik dan benar.

BAB II
KONSEP DASAR

A.    DEFINISI
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit  yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypti.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue terutama menyerang anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak, disertai manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan renjatan/syok dan kematian (Aplikasi NANDA NIC NOC jilid 1, 2013).
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama ( www. ppni-klaten.com )
Demam dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan virus dengue yang disebarkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi dengan virus dengue tersebut. (Riyadi Sujono dan suharsono .  2010 )
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aedypti. (Suriadi dan Rita Yuliani, edisi 2, 2010)
B.     PATOFISIOLOGI
-       Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegipty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
-       Terjadinya trombositopeni, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X, dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
-       Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia, dan diathesis hemoragik. Rennjatan terjadi secara akut.
-       Nilai hematokrit meningkat bersama dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic, kematian.
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
-       Derajat  I:
1.      demam disertai dengan gejala klinis lain atau perdarahan spontan,
2.      uji tourniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
-       Derajat II:
derajat 1 disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain seperti epistaksis, hematomesis, melena ( muntah darah ), perdarahan gusi .
-       Derajat III:
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah (<120x/menit ), hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah, gejala - gejala kegagalan perdarahan otak .
-       Derajat IV:
Renjatan berat, denyut nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur,  akral dingin, berkeringat, kulit tampak biru 



C.    ETIOLOGI
Virus dengue sejenis arbo virus (Arthropod borne viruses ) artinya virus yang ditularkan melalui gigitan antropoda misal nyamuk aedes aegypti ( betina ) .Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi.
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae.Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2,DEN -3,DEN-4. Keempatnya ditemukan diindonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak . Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut . Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotype selama hidupnya.Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia ( sujono, 2010 )

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.         Demam tinggi selama 5-7 hari
2.         Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis, hematoma
3.         Epistaksis, hematemesis, melena, hematuria
4.         Trombositopenia <100.000/ul
5.         Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, konstipasi
6.         Nyeri otot,tulang sendi,abdomen dan ulu hati
7.         Sakit kepala
8.         Pembengkakan sekitar mata
9.         Pembesaran hati,limpa,dan kelenjar getah bening
10.     Tanda – tanda renjatan ( sianosis,kulit lembab dan dingin ,tekanan darah menurun,gelisah, capillary refill lebih dari dua detik .

E.     PEMERIKSAAN  DIAGNOSTIK
1.      Darah lengkap : 
-       hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat 20 % / lebih ),
-       Trombositopenia 100.000/mmᶾ atau kurang .
-       Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.
-    Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga.
-    Masa perdarahan memanjang.
-    Protein rendah (hipoproteinemia)
-    Natrium rendah (hiponatremia)
-    SGOT/SGPT bisa meningkat
-    Astrup : Asidosis metabolic
2.      Serologi                       : uji HI ( hemoaglutination inhibition test )
3.      Rontgen thoraks          : Efusi pleura
4.      Urine                            : Kadar albumin urine positif (albuminuria)  

F.     KOMPLIKASI
-          Perdarahan luas
-     Syok (rejatan)
-     Pleural Effusion
-     Penurunan kesadaran

G.    PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan Terapeutik
a.       Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh ,gula, atau susu  dan diberi makanan lunak
b.      Antipireutik jika terdapat demam
c.       Antikonvulsan jika terdapat  kejang
d.      Memberikan cairan melalui infuse, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat .
e.       Tirah baring
2.      Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
a.       Pemasangan infuse RL/Asering dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi
b.      Observasi keadaan umum (Tanda – tanda Vital ) tiap 3 jam jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
H.    PENGKAJIAN
-          Kaji riwayat keperawatan
-          Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda – tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda – tanda renjatan ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran) , secara bertahap  meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya .

I.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, tidak ada nafsu makan .
3.      Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus .
4.      Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi
5.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan .
6.      Resiko syok ( hipovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
7.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi .



J.   RENCANA KEPERAWATAN

No

Diagnosa Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi
1.
Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler , perdarahan, muntah, dan demam

NOC :
v Fluid balance
v Hydration
v Nutritional Status : Food and fluid Intake
Kriteria Hasil :
v Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,BJ urine normal,HT normal
v Tekanan darah,nadi dan suhu tubuh dalam batas normal
v Tidak ada tanda dehidrasi,Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab,tidak ada rasa haus berlebihan .

NIC :
Fluid management
v  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
v  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
v  Monitor status  hidrasi ( kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ) ; jika diperlukan
v  Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan ( BUN, Hmt, osmolalitas urine )
v  Monitor vital sign
v  Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian .
v  Kolaborasi pemberian cairan IV
v  Monitor status nutrisi
v  Berikan cairan
v  Berikan Diuretik sesuai interuksi
v  Berikan cairan IV pada suhu ruangan
v  Dorong masukan oral
v  Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
v  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan .
v  Tawarkan snack ( jus buah , buah segar )
v  Kolaborasikan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
v  Atur kemungkinan transfuse
v  Persiapan untuk transfusi
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah, tidak ada nafsu makan .

NOC :
v  Nutrisional status : Food and Fluid Intake
v  Nutrisional status : nutrient intake
v  Weight control

Kriteria Hasil :
v  Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
v  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
v  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v  Tidak ada tanda tanda malnutrisi
v  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
v             Idak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
v Kaji adanya alergi makanan
v Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
v Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
v Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
v Berikan subsasi gula
v Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
v Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsltasikan dengan ahli gizi )
v Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
v  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
v  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
v Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan .

Nutrition Monitoring
v BB pasien dalam batas normal
v Monitoring adanya penurunan berat badan
v Monitoring tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
v Monitoring interaksi anak dan orangtua selama makan
v Monitor lingkungan selama makan
v Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
v Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
v Monitor turgor kulit
v Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
v Monitor mual dan muntah
v Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
v Monitor makanan kesukaan
v Monitor pertumbuhan dan perkembangan
v Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
v Monitor kalori dan intake nutrisi
v Catat adanya edema,hiperemik,hipertonik,papilla lidah dan cavitas oral
v Catat jika lidah berwarna magenta ,scarlet

3.
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus
NOC :
Thermoregulasi
Kriteria Hasil :
v  Suhu tubuh dalam rentang normal
v  Nadi dan RR dalam rentang normal
v  Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

NIC :
Fever Treatment
v  Monitor suhu sesering mungkin
v  Monitor IWL
v  Monitor warna dan suhu kulit
v  Monitor tekanan darah, Nadi dan RR
v  Monitor penurunan tingkat kesadaran
v  Monitor  WBC, Hb dan Hct
v  Monitor intake dan output
v  Berikan antipireutik
v  Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
v  Selimuti pasien
v  Lakukan Tapid sponge
v  Kolaborasi pemberian cairan intravena
v  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
v  Tingkatkan sirkulasi udara
v  Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil
Temperatur regulation
v  Monitor suhu tiap 2 jam
v  Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
v  Monitor TD,nadi dan RR
v  Monitor warna dan suhu kulit
v  Monitor tanda hipotermi dan hipertermi
v  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
v  Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
v  Ajarkan pada pasien cara mencegah  keletihan akibat panas
v  Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan
v  Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan
v  Berikan Antipireutik jika perlu

Vital sign Monitoring
v  Monitor tekanan darah,nadi , suhu dan respirasi
v  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
v  Monitor VS saat pasien berbaring,duduk atau berdiri
v  Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan
v  Monitor tekanan darah,nadi,respirasi sebelum,selama,dan setelah aktivitas .
v  Monitor kualitas dari nadi
v  Monitor frekuensi dan irama pernafasan
v  Monitor suara paru
v  Monitor pola pernafasan abnormal
v  Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
v  Monitor sianosis perifer
v  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
v  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
4.
Nyeri Akut b/d Agen injuri fisik (DHF), viremia, nyeri otot dan sendi

NOC :
v  Pain level
v  Pain control
v  Comfort level
Kriteria Hasil :
v  Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
v  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri .
v  Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri )
v  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v  Tanda vital  dalam rentang normal
NIC :
Pain Management
v  Lakukan pengkajian nyeri secara komperehensif termasuk lokasi, karakteristik ,durasi,frekuensi,kualitas termasuk lokasi, karakteristik dan faktor presipitasi
v  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
v  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
v  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
v  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
v  Evaluasi bersama pasien dan timkesehatan yang lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau
v  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
v  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
v  Kurangi faktor presipitasi nyeri
v  Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi, nonfarmakologi dan interpersonal )
v  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
v   Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
v  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
v  Evaluasi keefektifan control nyeri
v  Tingkatkan istirahat
v  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
v  Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgetic Administration
v  Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
v  Cek intruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi
v  Cek riwayat alergi
v  Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian lebih dari satu
v  Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri
v  Tentukan analgetik pilihan,rute pemberian,dan dosis yang optimal
v  Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
v  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali
v  Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
v  Evaluasi efektifitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping )
5.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan .

NOC :
v  Circulation status
v  Tissue perfusion : cerebral
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
v  Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
v  Tidak adata ortostatik hipertensi
v  Tidak ada tandai – tanda peningkatan tekanan intracranial ( tidak lebih dari 15 mmHg )
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
v  Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
v  Menunjukkan perhatian,konsentrasi, dan orientasi
v  Memproses informasi
v  Membuat keputusan dengan benar
Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan-gerakan involunter ,


NIC :
Peripheral Sensation Management ( Management sensasi perifer )
v  Monitor daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
v  Monitor adanya paretes
v  Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
v  Gunakan sarung tangan untuk proteksi
v  Batasi gerakan pada kepala,leher dan punggung
v  Monitor kemampuan BAB
v  Kolaborasi pemberian analgetik
v  Monitor adanya tromboplebitis
v  Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
6
Resiko syok ( hipovolemik ) berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

NOC
v  Syok prevention
v  Syok management
Kriteria Hasil :
v  Nadi dalam batas yang diharapkan
v  Irama jantung dalam batas yang diharapkan
v  Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan
v  Natrium serum dbn
v  Kalium serum dbn
v  Klorida serum dbn
v  Kalsium serum dbn Magenesium serum dbn
v  PH darah serum dbn
Hidrasi
Indikator
v  Mata cekung tidak ditemukan
v  Demam tidak ditemukan
v  TD dbn
v  Hematokrit dbn
NIC :
Syok prevention
v  Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill
v  Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
v  Monitor suhu dan pernafasan
v  Monitor input dan output
v  Pantau nilai laboratorium : HB,HT,AGD dan elektrolit
v  Monitor hemodinamik invasi yang sesuai
v  Monitor tanda dan gejala asites
v  Monitor tanda awal syok
v  Tempatkan pasien pada posisi supine,kaki elevasi untuk peningkatan preload dengan tepat
v  Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
v  Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat
v  Berikan vasodilator yang tepat
v  Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
v  Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok
Syok management
v  Monitor fungsi neurologis
v  Monitor fungsi renal ( e.g. BUN dan Cr lavel )
v  Monitor tekanan nadi
v  Monitor status cairan,input output
v  Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan
v  Memonitor gejala gagal pernafasan ( misalnya,rendah PaO peningkatan PaO tingkat,kelelahan otot pernafasan)


No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Intervensi
7.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi .

NOC
v  Respiratory status : Ventilation
v  Respiratory status : Airway patency
v  Vitalsign status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips )
v Menunjukkan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik , irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal )
v Tanda-tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah, nadi, pernafasan )
NIC
Airway Management
v  Buka jalan nafas, gunakan tehnik chin lift atau jaw thrust bila perlu
v  Posisikan pasiem untuk memaksimalkan ventilasi
v  Identifikasi pasien perlunya
v  Pemasangan alat jalan nafas buatan
v  Pasang mayo bila perlu
v  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
v  Keluarkan secret dengan batuk atau suction
v  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
v  Lakukan suction pada mayo
v  Berikan bronkodilator jika perlu
v  Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
v  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
v  Monitor respirasi dan status O Oxygen therapy
v  Bersihkan mulut,hidung dan secret trakea
v  Pertahankan jalan nafas yang paten
v  Atur peralatan oksegenasi
v  Monitor aliran oksigen
v  Pertahankan posisi pasien
v  Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
v  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
v  Vital sign monitoring
v  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
v  Catat adanya fluktuasi  tekanan darah
v  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri
v  Auskultasi TD pada kedu lengan dan bandingkan
v  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
v  Monitor kualitas dari nadi
v  Monitor frekuensi dan irama pernafasan
v  Monitor suara paru
v  Monitor pola pernafasan abnormal
v  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
v  Monitor sianosis perifer
v  Monitor adanya cushing triad ( tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik )
v  Identifikasi penyebab dari perubahan vitalsign


K.    EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan menyangkut pengumpulan data obyektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.

Evaluasi pada pasien DHF sesuai berikut :
1.      Suhu tubuh pasien normal ( 36 - 37c ) pasien bebas dari demam .
2.      Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang .
3.      Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan .
4.      Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi .


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit  yang disebabkan oleh virus Dengue (arbo virus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aides aegypte. Diagnosis DHF ditegakkan bila semua manifestasi klinis dipenuhi yaitu demam 5-7 hari, manifestasi perdarahan ( uji tornikuet positif, petekie,ekimosis atau purpura,perdarahan mukosa, perdarahan saluran cerna, perdarahan tempat bekas suntikan, hematemesis atau melena), trombositopenia < 100.000 /ul, kebocoran plasma dan tanda-tanda kebocoran plasma . Penatalaksanaan pada kasus DHF yang dapat dilakukan dengan penatalaksanaan yaitu : minum banyak dan makanan lunak, antipireutik, antikonvulsan, pemberian cairan infuse,  tirah baring dan Observasi keadaan umum ( tanda – tanda vital )

B.     SARAN
1.   Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2.   Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
3.   Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4.   Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
5.   Prinsip 3 M
-       Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 – 10 hari).
-       Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
-       Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
     Diperlukan tindakan yang bersifat preventif melalui pemakaian kasa dan menghindari kebiasaan mengantung pakaian yang biasanya dijadikan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Huda Amin dan Kusuma Hardhi, 2013. aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 1. Media Action publishing : yogyakarta .
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid 2. Salemba Medika : Jakarta

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta

Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada Anak. Sagung Seto : Jakarta

Riyadi, Sujono dan suharsono . 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit . Yogyakarta : Gosyen publishing .

Suriadi, yuliani . 2010 . Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta : CV sagung seto .



No comments:

Post a Comment